7 Risiko Sering Memarahi Anak, Trauma dan Ganggu Perkembangan Otak
![Ilustrasi risiko memarahi anak](https://asset.kompas.com/crops/CEKREIae58P_5ol8Y3skih_XHGs=/0x0:1000x667/1200x800/data/photo/2024/03/17/65f69d2e77acd.jpg)
- Tidak dipungkiri, ada sejumlah tingkah laku anak yang memancing emosi orangtua. Terkadang, orangtua memarahi anak karena tidak bisa mengendalikan emosi.
Namun demikian, sering memarahi anak ternyata memiliki risiko buruk bahkan fatal. Apa saja risiko sering memarahi anak? Simak ulasannya berikut ini seperti dihimpun .
Baca juga:
Risiko memarahi anak
1. Anak menjadi trauma
Psikolog Samanta Elsener menuturkan, orangtua boleh sesekali memarahi anak. Dengan catatan, tidak menggunakan cara-cara yang dapat melukai hati anak, seperti teriakan dan kekerasan.
“Orangtua boleh memarahi anak sesekali dengan nada yang tidak melengking dan tidak menggunakan kekerasan,” terangnya saat dikonfirmasi , dikutip Minggu (17/3/2024).
Jika orangtua sering memarahi anak, dikhawatirkan anak menjadi trauma.
2. Tidak terbuka dengan orangtua
Imbas trauma dengan kemarahan tersebut, anak justru menjaga jarak dengan orangtua. Lambat laun, jarak tersebut mengurangi komunikasi antara anak dengan orangtua, sehingga anak cenderung tertutup.
“Anak kurang dekat dengan orangtua dan menjadi kurang bisa terbuka,” tutur Samanta.
Ketika anak tertutup dengan orangtua, mereka enggan terbuka dengan pemasalahan yang sedang dihadapi. Kondisi tersebut dikhawatirkan menimbulkan dampak lebih buruk ke depannya.
3. Ganggu perkembangan otak
Melansir dari Healthline, kemarahan orangtua yang disertai dengan bentakan atau teriakan dapat mengganggu perkembangan otak.
“Sebab, manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh dibandingkan informasi dan kejadian baik,” bunyi informasi dilansir dari Healthline.
Sebuah penelitian membandingkan pemindaian MRI otak dari orang-orang yang memiliki riwayat kekerasan verbal oleh orangtua di masa kanak-kanak, dibandingkan dengan kelompok yang tidak mempunyai pengalaman buruk tersebut.
Hasilnya, ada perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang berfungsi untuk memproses suara dan bahasa. Tidak heran jika Samanta menuturkan bahwa risiko sering memarahi anak dapat menurunkan prestasi belajar mereka.
“Risiko sering memarahi anak dapat membuat prestasi belajar anak menurun,” tutur Samanta.
Baca juga:
Terkini Lainnya
- 7 Hal yang Kemungkinan Dimiliki Anak...
- Tips Menghadapi Anak yang Agresif dan...
- Jangan Paksa Anak Masuk SD Sebelum...
- Deretan Fakta di Balik Peringatan Hari Anak...
- Orangtua, Jangan Pernah Berhenti Belajar jika...
- Ciri-ciri Anak Pintar Seperti Apa? Perhatikan...
- 10 Kebiasaan Anak-anak Pintar, Bisa Ditiru
- 2 Penyebab Korban Mom-Shaming Tidak Berani...
- Pakai Kebaya Sehari-hari Kini Tak Lagi Terpaku Pakem
- Buat Anniversary Pernikahan Jadi Momen Tak Terlupakan lewat 5 Hal Berikut
- 3 Pakem Berkebaya yang Mulai Luntur Saat Digunakan Sehari-hari
- Cara Mudah Mengubah Kain Batik Menjadi Rok Lilit Kebaya
- Kampanye Berkebaya Sehari-hari Dilirik Anak Muda, Banyak yang Memakainya untuk Jalan-jalan
- Laki-laki Bisa Ikut Lestarikan Kebaya, Bagaimana Caranya?
- 11 Hal yang Perlu Dilakukan Pria Setelah Bercinta
- Peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli 2024, Kenali Logo dan Temanya
- Pakai Kebaya di Luar Negeri, Atie Nitiasmoro Sering Dipuji Orang
- 5 Fakta Hari Anak Nasional, Sempat Ubah Tanggal
- 7 Kebiasaan yang Menyebabkan Pori-pori Tersumbat
- Cerita Atie Nitiasmoro Ikut Lestarikan Kebaya, Sempat Dicemooh
- Pegiat Kebaya Sampaikan 3 Nilai Penting Lewat Buku “Kebaya Kaya Gaya”
- Klinik Anak & Tumbuh Kembang MyKidz BSD Diresmikan, Ada Layanan Apa Saja?
- Bekerja Terlalu Keras? Ini 12 Tanda Work Life Balance Kamu Terganggu