10 Kebiasaan Anak-anak Pintar, Bisa Ditiru
- Belakangan, ramai tontonan tentang program cerdas-cermat modern, "Clash of Champions" yang menghadirkan anak-anak cerdas dari berbagai universitas ternama dalam dan luar negeri.
Tak sedikit orangtua yang ikut menonton acara tersebut dan terpacu ingin mendidik anak-anaknya menjadi lebih baik sehingga tumbuh menjadi anak pintar.
Kita seringkali mendengar para orangtua yang mengatakan anaknya memiliki "bakat kecerdasaran".
Namun faktanya, seperti dilansir dari Popsugar, riset menunjukkan bahwa intelegensi karena bakat dan pola asuh memiliki porsi sama, yakni 50:50.
Artinya, pola asuh yang diberlakukan orangtua juga memiliki pengaruh besar, tidak sekadar berbekal keyakinan bahwa anak memiliki kecerdasan alami sejak lahir.
Baca juga:
- 5 Cara Mempersiapkan Anak Kembali Masuk Sekolah
- 8 Tanda Anak Kecanduan Game, Salah Satunya Suka Bohong
Kebiasaan bisa dibentuk. Jadi, jika kamu ingin anak-anakmu tumbuh menjadi anak cerdas, berikut kebiasaan-kebiasaan anak pintar yang dapat ditiru.
Kebiasaan anak pintar yang dapat ditiru
1. Terbiasa membaca
Membaca bisa menjadi salah satu kebiasaan yang perlu dibangun jika ingin anak tumbuh cerdas.
Namun, jangan hanya meminta anak membaca buku, tetapi membacalah bersama mereka. Beri perhatian pada setiap kata yang ditemui.
Membaca dapat menstimulasi otak, membangun pengetahuan dasar tentang dunia, dan menjadi fondasi berbagai pembelajaran, termasuk matematika dan sains.
Pastikan buku-buku yang ada di rumah mudah diakses oleh anak sehingga kebiasaan membaca akan lebih mudah terbentuk.
Selama membaca bersama, orangtua juga bisa berbincang dengan anak tentang apa yang dibaca sehingga melatih skill membaca komprehensifnya.
Baca juga: Benarkah Video Game Bisa Membuat Anak Kecanduan?
Jika anak tidak suka buku, cobalah belikan mereka buku komik, buku bergambar, atau majalah. Jangan khawatir sebab segala bentuk buku adalah bacaan yang baik.
2. Tidur cukup
Dilansir dari The School Run, kurang tidur tidak hanya membuat suasana hati anak menjadi buruk, tetapi juga berdampak pada capaian akademik mereka.
Tidur sangatlah berkaitan dengan kemampuan belajar anak, serta memori dan kontrol emosi.
Anak yang secara rutin tidur cukup setiap malamnya cenderung memiliki hasil akademik yang lebih baik ketika ujian.
Jika anak memiliki masalah tidur, pastikan membatasi waktu layer (screentime) sebelum tidur dan jangan biarkan mereka tidur sambil mengakses gawai, seperti ponsel, laptop, maupun tablet.
Mengakses layer sebelum tidur berdampak buruk pada tidur mereka dan bisa mengurangi durasi tidurnya, apalagi jika anak tergoda untuk mengeceknya di sela tidur.
3. Tidak membandingkan diri dengan anak lain
Kita memiliki kecenderungan membandingkan diri kita dengan orang lain atau anak kita dengan orang lain. Maka, bukan hal aneh jika anak kita punya kecenderungan yang sama.
Namun, anak-anak pintar ternyata relatif tidak pernah membandingkan dirinya dengan orang lain dan memilih focus dengan pencapaiannya sendiri. Hal ini juga dikenal dengan istilah "referensi mandiri"
Referensi mandiri memotivasi anak menjadi lebih baik dan lebih percaya diri.
Masih bingung membedakannya? Bayangkan anak bermain bowling. Anak yang membandingkan diri dengan orang lain akan mengatakan: "aku tahu aku hebat karena selalu menang". Sementara anak yang fokus pada perkembangan dirinya endiri kan mengatakan: "aku tahu aku hebat karena sebelumnya aku hanya dapat poin 90, sementara saat ini poinku 110".
Bagaimana mulai membangun pola pikir ini?
Baca juga: Usia Berapa Anak Sudah Bisa Ditaruh di Stroller?
Jika kamu memiliki anak lebih dari satu, hindari kebiasaan membandingkan satu anak dengan lainnya. Fokuslah pada pengembangan masing-masing anak.
Jadi, hindari kalimat seperti: "kenapa kamu tidak bisa menulis serapi kakakmu?". Gantilah menjadi kalimat seperti: "tulisan tanganmu sudah baik. Sekarang, bisakah kamu focus untuk membuatnya lebih rapi?". Berbeda, bukan?
4. Tidak buang-buang waktu
Baik anak maupun dewasa sama-sama punya kecenderungan tidak menyukai aktivitas tertentu.
Namun, anak-anak pintar menyadari bahwa membuang-buang waktu tidak akan memberikan mereka manfaat jangka panjang.
Ketahuilah bahwa membuang-buang waktu lahir karena anak tidak tahu bagaimana harus memulai atau mereka memandang suatu pekerjaan tampak susah dan ragu bisa menyelesaikannya.
Padahal, jika mulai mengerjakannya, mungkin anak akan menyadari bahwa pekerjaan itu tidak sesulit yang mereka pikirkan.
Untuk melatihnya, cobalah atur waktu sekitar 10 menit dan dorong anak untuk memulai setidaknya satu tugas. Beri anak janji bahwa mereka boleh berhenti setelah bel waktu berbunyi.
Baca juga: Apa Itu Core di Fesyen Kalangan Anak Muda?
Seringkali, ketika sudah memulainya, mereka justru tidak mau berhenti jika belum menyelesaikan tugasnya.
5. Beraktivitas fisik
Aktivitas fisik tidak hanya membuat anak sehat dan kuat, tetapi juga memiliki manfaat mental, termasuk membangun sel-sel otak dan memperlancar aliran arah ke otak.
Terkini Lainnya
- Tak Terima Jadi Runner Up, Miss Grand Myanmar Copot Mahkotanya
- Masih Marak Tas Branded KW di Pasaran, Apa Penyebabnya?
- Berapa Lama Harus Menggosok Gigi Anak?
- Mitos atau Fakta, Tumbuh Gigi Bikin Anak Diare?
- Ingin Tampil Menarik? Coba Sesuaikan Aroma Parfum dengan Outfit
- Hati-hati, Teether Juga Bisa Sebabkan Gigi Tonggos pada Anak
- Simak, Cara Membersihkan Teether dengan Tepat
- 5 Alasan Mengapa Saat Memakai Pembalut Terasa Gatal
- Aroma Parfum Bisa Berbeda pada Setiap Orang, Ini 4 Sebabnya
- Kapan Bayi Boleh Menggunakan Teether? Simak Penjelasan Dokter
- Pakai Batu Tawas untuk Ketiak, Ketahui 4 Hal Ini
- Perbedaan Tas Branded Asli dan Palsu Bisa Dikenali dari Bau, Benarkah?
- Ketahui, Kapan Bayi Harus Berhenti Gigit Teether?
- Hari Terakhri Scent of Indonesia, Simak 5 Tips Belanja Ini
- 3 Tips Makan Sehat untuk Persiapan Kehamilan, Calon Bumil Wajib Tahu