luxdomini.net

Pakai Kebaya di Luar Negeri, Atie Nitiasmoro Sering Dipuji Orang

Pegiat kebaya sekaligus istri Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci (Vatikan), Atie Nitiasmoro, tampil dengan kebaya yang digunakannya sehari-hari.
Lihat Foto

JAKARTA, – Atie Nitiasmoro adalah salah satu pegiat berkebaya sehari-hari sejak belasan tahun lalu. Sampai saat ini, ia masih menggunakan kebaya meski sudah tidak menetap di Tanah Air.

Kepada , Atie menceritakan bahwa kebaya yang digunakan setiap hari sering mengantarkannya pada pujian yang diberikan oleh warga negara asing (WNA).

Kebetulan, saat ini ia menetap di Roma, Italia, mengikuti suaminya, Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci (Vatikan) Michael Trias Kuncahyono.

“Mereka suka lihatnya, dan justru datang menghampiri untuk tanya saya pakai baju apa, namanya baju apa, malah mereka ajak foto,” ungkap Atie, beberapa waktu lalu.

Sejauh ini, para “bule” tersebut selalu tertarik melihat kebaya yang digunakan oleh Atie. Mereka memang jarang bertanya lebih jauh seputar lokasi untuk membeli kebaya di Roma.

Mereka lebih sering menanyakan asal-usul kebaya, dan Atie dengan senang hati menjelaskan bahwa kebaya adalah baju tradisional Indonesia.

“Mereka bilang, bagaimana (bisa pakai kebaya), saya bilang bawa dari Indonesia. Biasanya, setelah mengajak ngobrol, mereka pergi. Ada juga kami ngobrol sebentar, nanti mereka tanya-tanya (soal kebaya),” tutur dia.

“Di Roma tidak ada toko yang menjual kebaya. Saya memang spesial membawanya dari Jakarta. Bawa banyak, sudah pasti, karena saya pakai kebaya untuk sehari-hari, bukan hanya acara resmi saja,” sambung Atie.

Orang asing yang turut penasaran dengan kebaya milik Atie mencakup para istri dari kedutaan besar masing-masing negara yang berlokasi di Vatikan.

Dalam setiap acara formal yang dihadiri Paus Fransiskus, para Duta Besar dan pasangannya wajib mengikuti kebijakan menggunakan pakaian khas masing-masing negara dan berwarna hitam.

“Kalau acara dengan Paus, sering sekali saya didatangi sama istri dari Duta Besar mana, untuk tanya baju saya apa, namanya apa, seperti itu,” ungkap Atie.

Baca juga: Cerita Atie Nitiasmoro Ikut Lestarikan Kebaya, Sempat Dicemooh

Pernah dilirik aneh

Atie memang sudah menggunakan kebaya sejak sebelum tahun 2014, tepatnya sebelum ia mengikuti komunitas berkebaya.

Namun, kebaya belum digunakan sehari-hari dan bawahannya masih berupa rok atau celana jeans, bukan kain seperti saat ini. Kala itu, tidak jarang Atie dicemooh oleh beberapa orang.

Seiring berjalannya waktu, Atie mulai menggunakan kebaya dan kain. Meski orang-orang di sekelilingnya telah terbiasa melihat Atie, bukan berarti orang asing familiar dengan penampilannya.

“Saya kan sering ke Singapura untuk urusan, saya juga pakai kebaya. Kalau di pesawat atau di Jalan Orchard, memang orang lihatnya agak aneh,” terang dia.

Sebab, bisa dikatakan bahwa Atie hanyalah satu-satunya yang menggunakan kebaya dan kain di tengah orang-orang dengan pakaian modern.

“Orang-orang pakai rok, celana jeans, tiba-tiba ada yang pakai kain jarik dengan kebaya. Tapi, belakangan saya justru menuai pujian. Jadi, saya (memakai kebaya) sekaligus mengkampanyekan Indonesia, bahwa ini baju tradisional Indonesia,” ucap dia.

Sebagai informasi, Atie dan empat pegiat kebaya lainnya, Indiah Marsaban, Rini Kusumawati, Tingka Adiati, dan Elvy Yusanti, menulis buku bertajuk “Kebaya Kaya Gaya”.

Buku itu dipublikasi pada Selasa (23/7/2024) untuk merayakan Hari Kebaya Nasional pada 24 Juli, yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melalui Keppres Nomor 19 Tahun 2023.

Baca juga: Pegiat Kebaya Sampaikan 3 Nilai Penting Lewat Buku “Kebaya Kaya Gaya”

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat