Peran Komunikasi Orangtua dalam Pembentukan Perilaku Anak
Oleh: Geofani Laurensia Sihura dan Dr. Raja Oloan Tumanggor, S.Ag*
DALAM dinamika hubungan orangtua-anak, komunikasi memainkan peran sentral. Lebih dari sekadar pertukaran kata-kata, komunikasi yang efektif menjadi fondasi bagi perkembangan anak, terutama di lingkungan pendidikan.
Komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak memainkan peran kunci dalam membentuk perilaku anak. Anak-anak belajar tentang norma, nilai-nilai, dan harapan keluarga melalui interaksi komunikatif sehari-hari.
Pola komunikasi yang positif dan mendukung dapat membantu anak memahami pentingnya tanggung jawab, empati, dan respek terhadap orang lain.
Sebaliknya, komunikasi yang tidak sehat atau kurangnya komunikasi dapat menyebabkan kebingungan, ketidakpastian, dan ketidakcocokan dalam perilaku anak.
Komunikasi yang terbuka dan mendukung antara orangtua dan anak juga memiliki dampak langsung pada keberhasilan akademis anak di sekolah.
Ketika orangtua secara teratur berkomunikasi dengan anak tentang pentingnya pendidikan, memberikan dukungan dalam mengerjakan tugas, dan terlibat dalam proses pembelajaran, anak cenderung merasa lebih termotivasi dan percaya diri dalam pencapaian akademis mereka.
Orangtua yang aktif dalam mengikuti perkembangan akademis anak juga dapat memberikan bantuan yang lebih baik dalam mengatasi kesulitan belajar yang mungkin timbul.
Komunikasi orangtua juga memengaruhi perilaku sosial anak di lingkungan sekolah. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana komunikasi terbuka, penuh kasih, dan mendukung cenderung lebih mampu berinteraksi dengan teman sebaya dan guru dengan baik.
Mereka juga belajar untuk memecahkan konflik secara konstruktif dan mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal yang kuat.
Sebaliknya, kurangnya komunikasi atau pola komunikasi yang tidak sehat antara orangtua dan anak dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial, konflik, bahkan isolasi di sekolah.
Karakteristik komunikasi yang sehat
Pertama, komunikasi yang terbuka dan jujur adalah fondasi dari hubungan yang baik antara orangtua dan anak. Anak perlu merasa bahwa mereka bisa berbicara dengan orangtua mereka tanpa takut untuk dievaluasi atau dihakimi.
Dengan menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman untuk berbagi pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka, orangtua dapat memperkuat ikatan emosional dengan anak dan membangun kepercayaan yang kuat (Supardi, 2015).
Kedua, mendengarkan dengan empati. Salah satu keterampilan komunikasi yang paling penting adalah kemampuan untuk mendengarkan dengan empati.
Ini berarti tidak hanya mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh anak, tetapi juga mencoba memahami perasaan, kebutuhan, dan perspektif mereka.
Terkini Lainnya
- 7 Hal yang Kemungkinan Dimiliki Anak...
- Orangtua, Jangan Pernah Berhenti Belajar jika...
- Tips Menghadapi Anak yang Agresif dan...
- 25 Kalimat Afirmasi Positif Pagi Hari...
- Cara Mendukung Pola Asuh Ibu agar...
- Kritisi Pola Asuh Ibu terhadap Anak...
- Kala Perilaku Prososial di Indonesia "Sepaket"...
- Beragam Manfaat Pelukan Orangtua dengan Anak,...
- Hindari Bakteri, Jangan Bawa Anak Jalan-jalan Saat Makan
- Mengenal 6 Jenis Kebaya Nusantara dan Ciri Khasnya
- Studi: Ada Olahraga yang Dapat Memberi Kita Kulit Cantik
- Dokter Imbau Jangan Marahi Bayi karena Makan Belepotan, Kenapa?
- Apa Itu Work Life Balance? Simak Penjelasan dan Contohnya
- 8 Pengaruh Kurang Tidur pada Penampilan, Termasuk Kulit Kusam dan Tampak Tua
- Hati-hati, Main Gawai Saat Makan Bikin Anak Susah Punya Empati
- 30 Menit Durasi Ideal Bayi untuk Makan, Kenapa?
- 7 Cara Mengecilkan Lengan, Mudah Dipraktikkan
- Sama-sama Penting, Apa Bedanya Me Time dan Quality Time?
- 5 Cara Quality Time bersama Orangtua, Cari Hobi Baru
- 11 Cara Quality Time bersama Pasangan demi Hubungan yang Bahagia
- Apa Itu "Law of Attraction"? Tak Cuma untuk Urusan Percintaan
- Sadari, Emotional Eating adalah Hal Buruk
- Bagaimana Cara Menjadi Seseorang yang Berpikiran Positif?