Tips dan Trik Digital Parenting
![Ilustrasi anak bermain gawai](https://asset.kompas.com/crops/pJpsZ1NPxttbc2KUSquVxbHGbIw=/6x0:753x498/1200x800/data/photo/2024/04/26/662b25821804e.png)
Oleh: Irni Prihardini, Riana Sahrani, dan Fransisca Iriani Roesmala Dewi*
DALAM era teknologi yang semakin maju, penggunaan gawai dan internet semakin terintegrasi dalam kehidupan berbagai kalangan, termasuk anak-anak dalam keluarga.
Jumlah pengguna gawai di Indonesia kini peringkat keempat tertinggi di dunia dengan 77 persen dari populasinya menggunakan internet (BPS, 2023).
Data ini juga menunjukkan peningkatan akses internet di kalangan anak-anak, khususnya kelompok usia 5-12 tahun mencapai 12,43 persen (APJII, 2023).
Ternyata anak-anak menggunakan gawai di luar jam belajar juga cukup tinggi. Sekitar 1-2 jam per hari sebanyak 36 persen, 2-5 jam per hari sebanyak 34 persen, dan lebih dari 5 jam per hari sebanyak 25,4 persen (KPAI, 2021).
Pemakaian gawai berinternet oleh anak seperti pisau bermata dua. Pada satu sisi gawai dapat memberikan manfaat seperti eksplorasi kreatif, kesuksesan akademis, hingga peluang karier di masa depan.
Di sisi lain, gawai berinternet juga dapat memberikan dampak negatif seperti paparan terhadap konten yang tidak sesuai, kecanduan gawai, gangguan aspek perkembangan, cyberbullying, keamanan privasi dan informasi (Pratiwi et al., 2022).
Kondisi ini menggambarkan bahwa orangtua sebaiknya mulai peka dengan kebutuhan untuk menerapkan pola asuh berbasis digital. Khususnya pada orangtua yang memiliki anak usia dini hingga praremaja.
Mereka masih membutuhkan arahan dari orangtua bagaimana seharusnya menggunakan gawai yang berinternet.
Maka, digital parenting menjadi pola asuh baru dan tepat untuk diterapkan saat ini. "Digital parenting attitude" adalah sikap dan perilaku orangtua terhadap penggunaan perangkat dan media digital yang digunakan oleh anak-anak.
Sikap dan perilaku orangtua ini dipengaruhi kesadaran mengenai potensi manfaat dan risiko terkait penggunaan perangkat dan media sosial (?nan Kaya et al., 2018).
Jadi "digital parenting attitude" dapat dikatakan sebagai pola asuh yang melampaui pengasuhan tradisional, karena membutuhkan tanggung jawab khusus di lingkungan online.
Hal ini mencakup penggabungan dari penggunaan teknologi digital dalam pola asuh anak, mengatur interaksi anak dengan media digital, dan terus memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan teknologi (Akman et al., 2023).
Jadi, apakah Anda sudah menjadi orangtua yang telah menerapkan "digital parenting attitude" dalam keluarga?
Berikut ciri-ciri orangtua digital parenting berdasarkan alat ukur yang dikembangkan oleh ?nan Kaya et al. (2018):
Terkini Lainnya
- Kritisi Pola Asuh Ibu terhadap Anak...
- Kala Perilaku Prososial di Indonesia "Sepaket"...
- Kekuatan Rasa Syukur: Mendorong Agility Karyawan...
- Ketika Korban Mom-Shaming Akhirnya Berani Melawan...
- Hati-hati, Main Gawai Saat Makan Bikin...
- Korban Mom-Shaming Berpotensi Melakukan Hal yang...
- 2 Penyebab Korban Mom-Shaming Tidak Berani...
- 4 Cara Membiasakan Anak Membaca Buku,...
- Cerita Putri Marino, Akrab dengan Kebaya Sejak Kecil
- Banyak Anak Muda Semakin Kenal Kebaya karena Film, Benarkah?
- Sempat Dipandang Kuno, Kebaya Kembali Eksis di Mata Anak Muda
- Pernah Jadi Pakaian Sehari-hari, Kenapa Kini Kebaya Dipakai di Acara Tertentu Saja?
- 4 Tips agar Lebih Percaya Diri saat Berkebaya Sehari-hari
- Dobrak Stigma Kuno dan Ribet, Kisah Rahmi Hidayati Pilih Konsisten Berkebaya
- Hari Kebaya Nasional, Intip Gaya Iriana Jokowi Berkebaya Biru
- 4 Cara Ampuh Atasi Jerawat Membandel
- Cara Putus Cinta Tanpa Sakit Hati Berkepanjangan
- Apakah Padu Padan dalam Berkebaya Merusak Nilai Tradisional?
- Perayaan Hari Kebaya Nasional Pecahkan Rekor Muri Dunia
- "Keberadaan Para Penyandang Disabilitas Masih Sering Tidak Dipahami..."
- Seperti Apa Pakem Berkebaya?
- Mandi Air Dingin Membantu Menurunkan Berat Badan bila Waktunya Tepat
- Hari Kebaya Nasional 24 Juli, Ketahui 9 Faktanya