Cerita Para Atlet Disabilitas, Tetap Semangat di Tengah Keterbatasan
- Di tengah keterbatasan kondisi kesehatan fisik, banyak para atlet disabilitas yang tetap bersemangat di jalurnya, termasuk mendorong teman-teman disabilitas untuk tetap mengejar mimpi dan hobi di bidang olahraga.
Natrio Catra Yososha atau yang akrab disapa Osha, misalnya, merupakan First Autistic Indonesian Marathoner atau pelari autis maraton pertama di Indonesia.
Dalam konferensi pers Garmin Run 2024, Osha menceritakan kesenangannya dalam menjelajahi hal-hal baru, termasuk lari maraton.
"Saya tipe yang be curious dan explore. Saya suka coba sesuatu yang baru dan belajar. Salah satunya lari maraton," ungkap Osha di Jakarta Selatan, Senin (22/04/2024).
Baca juga: Mengapa Kita Perlu Merotasi Sepatu Lari?
Maraton bagi Osha bukan sekadar hobi. Ia bahkan pernah menyelesaikan full marathon sejauh 42 kilometer pada BTN Jakarta Run 2023. Saat ini ia masih terus berpartisipasi dalam perhelatan serupa.
Sambil menekuni aktivitas yang disenanginya ini, Osha ingin menghapus stigma negatif masyarakat terhadap individu dengan autisme.
“Saya ingin mengampanyekan bahwa individu autisme banyak kondisinya. Tidak semuanya seperti yang digambarkan di media,” ucap Osha.
"Olahraga bisa untuk siapapun. Bukan hanya diberi kesempatan, tapi (individu dengan autisme) juga difasilitasi karena itu merupakan kebutuhan dasar juga," sambungnya.
Pada kesempatan yang sama, atlet Jakarta Swift Wheelchair Basketball, juga mengadvokasi hal serupa.
Baca juga: Garmin Run 2024 Resmi Hadir, Kini Peserta Disabilitas Bisa Ikut
Ruang-ruang di bidang olahraga, termasuk kompetisi seperti marathon, menurutnya bukan sekadar tentang mendapatkan medali, tapi menciptakan kesempatan bagi semua orang, termasuk untuk mereka yang menggunkana kursi roda.
"Merayakan keragaman bahwa ada banyak individu yang enggak hanya berlari biasa, tapi menggunakan kursi roda, dan lainnya, juga ingin ikut merasakan event ini dan mencapai finish," ujar Johanna.
Meskipun, mengikuti kompetisi olahraga mungkin menjadi tantangan tersendiri bagi para atlet disabilitas.
Misalnya, dalam hal kesiapan fisik. Perempuan yang akrab disapa Jojo ini mengatakan, ada persiapan fisik yang berbeda dengan pelari biasa.
Para atlet lari dengan kursi roda perlu lebih melatih tubuh bagian atas agar siap mengikuti maraton.
Baca juga: Tips bagi Teman Autisme yang Ingin Ikut Lari Maraton Pertama Kali
Untuk itu, berkonsultasi dengan dokter atau pelatih olahraga yang berpengalaman penting untuk memaksimalkan persiapan.
"Latihannya kurang lebih sama tapi pasti ada penyesuaian. Lari menggunakan kursi roda fokusnya lebih ke upper body dan shoulder," tuturnya.
Terkini Lainnya
- Tips Bagi Pemula yang Ingin Ikut...
- Tips bagi Teman Autisme yang Ingin...
- Persiapan Penting jika Ingin Ikut Maraton...
- Garmin Run 2024 Resmi Hadir, Kini...
- 7 Tips Semangat Bekerja Setelah Libur...
- 10 Tips Kembali Berolahraga Setelah Libur...
- Ini Waktu Terbaik Berolahraga bagi Orang...
- 4 Olahraga Mudah di Rumah, Bantu...
- Belanja Fesyen Ramadhan-Lebaran Salah Satu Tertinggi di Tokopedia dan TikTok
- Kapan Masa Tantrum pada Anak Berakhir?
- 6 Kesalahan Orangtua Saat Mengatasi Anak Tantrum
- Samba, Gazelle, dan Spezial, Tiga Sepatu Adidas yang Kembali Populer
- Apakah Sepatu Lari Bisa Digunakan untuk Naik Gunung?
- 65 Persen Anak yang Main Gawai Lebih dari 20 Menit Alami Tantrum
- Anti-Gerah, Pilih Baju dengan Bahan-bahan Ini Saat Cuaca Panas
- 4 Item Fesyen Wajib Punya buat Mix and Match Ngantor
- Wajib Punya! Ini Warna-warna Andalan untuk Outfit ke Kantor
- Seberapa Sering Harus Mencuci Kuas Makeup?
- Alasan Kris Dayanti Lebih Suka Bulu Mata Palsu daripada Eyelash Extension
- Aksesori Bunga Kering di Stellar Coronae, Berapa Harganya?
- Kris Dayanti Beberkan 2 Tips Bulu Mata Palsu Tak Mudah Lepas
- Tips Retouch Lipstik Aaliyah Massaid, Hapus Dulu Pakai Makeup Remover
- Ketahui, 5 Tanda Tantrum pada Anak yang Perlu Diwaspadai