luxdomini.net

Belajar dari Film 1 Kakak 7 Ponakan, Ini 5 Dampak Generasi Sandwich pada Kesehatan Mental

Ilustrasi sandwich generation.
Lihat Foto

JAKARTA, - Film 1 Kakak 7 Ponakan sukses menarik perhatian penonton dengan kisah keluarga yang menguras emosi.

Film ini mengisahkan perjuangan Moko (Chicco Kurniawan), seorang mahasiswa arsitektur, yang terpaksa menjadi generasi sandwich karena keadaan yang tak terduga.

Sebagai generasi sandwich, Moko terpaksa meninggalkan mimpinya, karena harus mengurus keponakan-keponakannya.

Baca juga: Anak Bungsu Bisa Jadi Generasi Sandwich karena Dianggap Belum Punya Tanggungan

Menurut psikolog klinis Ratih Ibrahim, beban ganda ini dapat menimbulkan berbagai dampak psikologis.

Berikut lima dampak generasi sandwich bagi kesehatan mental, belajar dari film 1 Kakak 7 Ponakan.

1. Stres dan cemas

Stres yang datang akibat tuntutan peran ganda dapat menguras energi dan mental.

Kondisi ini sering mengarah pada kecemasan yang berkepanjangan, terutama jika tidak punya waktu yang cukup untuk merawat diri sendiri.

“Tuntutan peran sebagai sandwich generation dan tekanan finansial yang dialami dapat memicu stres dan kecemasan kronis,” ujar Ratih.

2. Depresi

Banyak faktor yang menyebabkan stres, seperti kurangnya waktu untuk diri sendiri dan dukungan dari orang-orang sekitar.

Jika dibiarkan, stres itu akan menumpuk dan berkembang menjadi depresi.

“Perasaan terbebani, kurangnya waktu untuk diri sendiri, dan kesulitan finansial dapat meningkatkan risiko depresi,” jelas Ratih.

3. Burnout

Ratih juga menjelaskan, burnout atau kelelahan fisik dan emosional dapat menjadi dampak serius dari stres yang berkepanjangan.

Di film 1 Kakak 7 Ponakan, Moko digambarkan mengalami kondisi tersebut setelah berbulan-bulan berusaha memenuhi ekspektasi keluarga.

Baca juga: Anak Jadi Generasi Sandwich Bisa Jadi karena Orangtuanya, Kenapa?

Tuntutan untuk mengasuh keponakan-keponakannya membuatnya kehilangan keseimbangan dalam hidup.

“Kelelahan fisik dan emosional akibat tanggung jawab yang berat dan terus-menerus dapat menyebabkan burnout,” ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat