Cara Menunjukkan Kasih Sayang pada Anak, Termasuk Menyempatkan Berdiskusi

- Kasih sayang pada anak tidak selalu diucapkan melalui kata-kata, tetapi juga diwujudkan melalui tindakan nyata.
Sayangnya, tidak semua orangtua memahami bentuk kasih sayang yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.
Kasus Nikita Mirzani dan Lolly menjadi bukti, bahwa kasih sayang orangtua bisa dipahami berbeda oleh anak, sehingga berujung menjadi konflik.
Menurut psikolog klinis keluarga Anna Surti Ariani, atau yang akrab disapa Nina, kurangnya pemahaman orangtua dapat memberikan dampak buruk bagi hubungan antara orangtua dan anak.
Berdasarkan saran Nina, berikut adalah tiga cara menunjukkan kasih sayang pada anak.
1. Mengikuti Kegiatan yang Disukai Anak
Terkadang, kata-kata tak cukup menunjukkan perasaan sayang orangtua kepada anak. Mereka lebih senang, jika orangtua meluangkan waktunya untuk melakukan kegiatan yang mereka sukai.
Bagi anak laki-laki, mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan bermain game online atau berolahraga.
Sementara itu, anak perempuan lebih senang menghabiskan waktu dengan pergi ke salon atau berbelanja.
Menghabiskan waktu dengan anak untuk melakukan aktivitas yang mereka sukai, dapat membantu membangun hubungan antara orangtua dan anak.
“Secara umum, sih, pendekatannya adalah melalui kegiatan yang disukai oleh si remaja, dan ini yang biasanya berbeda antara remaja perempuan dan laki-laki,” jelas Nina saat dihubungi , Selasa (15/1/2025).
2. Berikan Argumen yang Membangun
Selain mengikuti kegiatan yang disukai anak, orangtua juga perlu memahami cara memberikan argumen yang membangun.
Sayang bukan berarti anak dan orangtua harus memiliki pemikiran yang sama. Wajar jika ada perbedaan pendapat hingga terjadi argumen.
Baca juga: 3 Hal yang Harus Dipahami Orangtua Saat Mendidik Anak Perempuan Remaja
Namun, lakukan dengan cara yang sehat. Argumen dapat dikatakan sehat jika didiskusikan bersama, dengan suasana hati yang tenang dan tidak melibatkan emosi.
“Yang sehat, hanya berargumen untuk masalah yang jelas. Yang tidak sehat, melebar ke hal-hal lain, misalnya mengaitkan dengan masalah lain yang sudah selesai di masa lalu,” jelas Nina.
Nina juga menambahkan, argumen yang sehat adalah argumen yang berfokus pada pemecahan masalah dan berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu panjang.
Terkini Lainnya
- Resmi Menikah, Intip Gaya Elegan Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon
- Curhat Pasien Cek Kesehatan Gratis, Sebelumnya Tak Pernah Tertarik Periksa Kondisi Kesehatan
- Usia 50 Tahun ke Atas? Ini 9 Olahraga yang Aman dan Menyehatkan
- 3 Tips Memilih Gaun Pengantin untuk Hari Istimewa
- Tren Gaun Pengantin 2025, Gaun Simpel Kembali Populer
- Lansia Bisa Cek Kesehatan Gratis Ulang Tahun mulai 10 Februari, Ada Apa Saja?
- Cek Kesehatan Gratis mulai 10 Februari, Pemeriksaan Kanker untuk Perempuan Tersedia
- 5 Masker Alami untuk Memutihkan Kulit, Mudah Dibuat di Rumah
- Cek Kesehatan Gratis Mulai Hari Ini, Orangtua Bisa Manfaatkan 8 Hal Ini untuk Anak
- 6 Manfaat Masker Tomat untuk Wajah, Mencerahkan hingga Cegah Jerawat
- 3 Tips Mix and Match Tas dan Outfit agar Tetap Stylish
- Konser di Jakarta, Ini 4 Ide OOTD Kasual Joshua Hong SEVENTEEN
- Kompak, Gen Z dan Milenial Utamakan Fungsi Saat Membeli Tas Baru
- 3 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Membeli Tas
- 3 Tips Merawat Tas Supaya Awet Bertahun-tahun