Kenapa Fenomena "Swinger" Lebih Sering Dijumpai di Kota Besar?

- Belum lama ini, kepolisian mengungkap pesta seks dan pertukaran pasangan (swinger) di Jakarta dan Bali yang melibatkan sepasang suami istri, IG (39) dan KS (39).
Berawal dari fantasi pribadi, bisnis gelap pasangan yang kini harus mempertanggungjawabkan tindakan mereka secara hukum telah berkembang pesat dengan memanfaatkan situs khusus, hingga melibatkan sebanyak 17.732 orang.
Adapun swinger merupakan istilah untuk pasangan yang terlibat dalam kegiatan “swinging”, di mana dua atau lebih pasangan saling bertukar pasangan untuk rekreasi dan eksplorasi seksual.
Baca juga: Geger Pesta Seks Swinger di Jakarta...
Seksolog, dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM) mengatakan, gaya hidup ini cenderung lebih sering dijumpai di kota-kota besar karena berbagai alasan.
Salah satunya karena lebih banyak orang berpikiran terbuka di kota besar.
“Orang-orang yang tinggal di kota besar lebih open-minded (berpikiran terbuka),” ujarnya kepada , Minggu (12/01/2025).
Ia menambahkan, masyarakat perkotaan lebih banyak terpapar oleh berbagai informasi dan budaya, sehingga cenderung bersifat terbuka dan mampu menerima perbedaan.
Adapun swinging sendiri menurutnya didorong oleh berbagai macam stimulasi untuk membangkitkan hasrat seksual, sehingga lebih bergejolak.
Stimulus ini bisa berasal dari berbagai aspek, seperti pengaruh sosial, budaya, atau informasi yang diterima, yang dapat memperkuat dorongan atau gairah seksual dalam diri individu.
Orang-orang dengan pandangan lebih terbuka menurutnya lebih mungkin menjadi swinger.
Salah satunya lantaran memahami bahwa aktivitas ini justru sesuatu yang tidak boleh dilakukan dengan diam-diam seperti perselingkuhan, sehingga didasari oleh sikap terus terang dan saling menghormati.
“Berbeda dengan selingkuh, yang didasari oleh insting manusia untuk melakukan sesuatu yang berbeda namun tetap tersembunyi dari pasangan sah,” tutupnya.
Baca juga: Apa Itu Swinger? Fenomena di Balik Kasus di Jakarta dan Bali
Kendati demikian, ada sejumlah potensi risiko yang perlu dipertimbangkan oleh pasangan yang melakukan swinging.
Selain risiko kesehatan, eksplorasi seksual seperti ini juga sebaiknya dihentikan jika sudah melukai diri sendiri dan orang lain.
Adapun tanda-tanda eksplorasi seksual yang berlebihan yaitu mulai kecanduan, sering berganti pasangan, dan merusak hubungan utama.
"Lama-lama dia akan mengalami sex addiction (kecanduan seks). Ini sifatnya enggak akan pernah puas," ujarnya.
Terkini Lainnya
- Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon Menikah, Pakai Adat Padang Saat Akad
- Anti Ribet, Amanda Rawles Bagikan Gaya Makeup Andalannya
- Wapres Gibran Gelar "Razia Ganteng" di Sekolah, Boyong Langsung Barbershop
- Angga Yunanda Menikah di Usia 25, Terlalu Muda atau Justru Ideal?
- 6 Kandungan Skincare Malam untuk Kulit Berminyak
- Cara Mengatasi Creative Block ala Monica Ivena
- 6 Urutan Skincare Malam yang Benar demi Kulit Sehat
- Cara Memilih Warna Lipstik yang Sesuai dengan Warna Kulit
- Cerita Lansia Ikut Cek Kesehatan Gratis, Mengaku Bingung dengan Prosedurnya
- Warna Putih Berdesain Simpel Jadi Tren Kue Pernikahan 2025, Ini Alasannya
- Lavalen Luncurkan Cold Lift Therapy, Teknologi Baru untuk Bentuk Tubuh Ideal Tanpa Rasa Sakit
- Resmi Menikah, Intip Gaya Elegan Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon
- Curhat Pasien Cek Kesehatan Gratis, Sebelumnya Tak Pernah Tertarik Periksa Kondisi Kesehatan
- Usia 50 Tahun ke Atas? Ini 9 Olahraga yang Aman dan Menyehatkan
- 3 Tips Memilih Gaun Pengantin untuk Hari Istimewa