Viral Tren "New Year, New Mental Issues", Kenapa Tahun Baru Picu Stres?
- Media sosial kembali diramaikan dengan tren unik yang menarik perhatian banyak orang, yaitu “New Year, New Mental Issues.”
Tren ini muncul sebagai respons yang cukup ironis terhadap perayaan tahun baru, menggantikan slogan populer sebelumnya, “New Year, New Me.”
Fenomena ini berawal dari sebuah unggahan di TikTok oleh pengguna bernama Azy. Dalam video tersebut, ia membagikan tangkapan layar percakapan dengan kalimat mencolok: “New Year, New Mental Issues”.
Unggahan ini langsung viral, disukai oleh lebih dari 50.000 pengguna dan dibagikan lebih dari 2.800 kali. Banyak yang merasa kalimat tersebut relatable dan mencerminkan suasana hati mereka menjelang pergantian tahun.
Baca juga:
- Ramai Tren ‘We Listen, We Don’t Judge’, Apa Itu?
- 10 Manfaat Bikin Resolusi Tahun Baru, Jangan Sepelekan!
Berbeda dengan semangat optimisme yang biasa menyertai awal tahun, tren ini justru menunjukkan sisi lain dari ekspektasi tahun baru.
Para netizen berspekulasi bahwa 2025, seperti tahun-tahun sebelumnya, kemungkinan membawa tekanan kesuksesan baru yang bisa berdampak pada kesehatan mental.
Mengapa tekanan sukses di tahun baru bisa memicu stres? Berikut adalah penjelasannya sebagaimana dilansir dari Bridger Peaks Counseling.
Awal tahun baru sering kali terasa seperti sebuah buku kosong dengan 365 halaman yang menunggu untuk diisi.
Ini adalah momen penuh harapan dan pembaruan, yang menginspirasi banyak orang untuk menetapkan resolusi Tahun Baru yang ambisius.
Meskipun bisa memotivasi, tradisi ini juga membawa tantangan.
Bagi banyak orang, tekanan untuk mencapai tujuan besar dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan keraguan diri, sehingga tahun baru terasa lebih seperti beban daripada awal yang segar.
Faktor psikologis di balik stres tahun baru
1. Perfeksionisme dan tujuan yang tadak realistis
Meskipun mengejar kesempurnaan bisa menjadi sifat yang positif, perfeksionisme sering kali membuat kita menetapkan tujuan yang sulit dicapai.
Ketika kita tidak berhasil mencapainya, kita mungkin merasa gagal, meskipun sebenarnya telah membuat kemajuan yang berarti. Hal ini akhirnya akan mengundang stres.
Alih-alih berfokus pada kesempurnaan, mengubah sudut pandang untuk merayakan kemenangan kecil dapat membuat perjalanan terasa lebih menyenangkan dan tidak terlalu membebani.
2. Takut gagal dan kritik diri
Ketakutan akan kegagalan bisa menghentikan kita untuk mengambil risiko atau mengejar impian, yang pada akhirnya memicu siklus keraguan diri dan kecemasan.
Terkini Lainnya
- Keluhan Makanan Basi di Menu Makan Bergizi Gratis, Apa Dampaknya Jika Dikonsumsi Anak?
- Komunikasi Lewat Teks Bermanfaat untuk Introvert dan Ekstrovert
- Komunikasi Lewat Chat atau Telepon, Mana Lebih Efektif bagi Gen Z dan Milenial?
- Kenali, 3 Tanda Eksplorasi Seksual yang Tidak Sehat
- Di Mana Batasan “Normal” dalam Eksplorasi Seksual?
- 3 Cara Mengetahui Moon Sign, Pahami Sifat Emosional
- Apa Itu "Swinger"? Fenomena di Balik Kasus di Jakarta dan Bali
- Kenapa Gen-Z Lebih Suka Freelance daripada Kerja Kantoran?
- 5 Tren Makeup untuk Imlek 2025
- Gen Z atau Milenial Akhir, Siapa Lebih Sadar Kontrasepsi?
- Jangan Lakukan Persalinan Water Birth Sebelum Tahu 3 Hal Ini
- 5 Cara Efektif Mencegah Anak Kecanduan HP
- 5 Kondisi Kehamilan yang Tak Disarankan untuk Persalinan Water Birth
- Penting untuk Kesehatan Mental, Pahami 5 Manfaat Detoks Digital bagi Remaja
- Lahir dari Gen Z Awal dan Milenial Akhir, Ini 4 Perbedaan Karakter Orangtua Gen Beta