luxdomini.net

Viral di Medsos “No Buy Challenge 2025”, Apa Itu?

Ilustrasi menghemat uang.
Lihat Foto

- Video “No Buy Challenge 2025” viral di media sosial, terutama di TikTok, seiring momen pergantian tahun.

Apalagi, pemerintah akan menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025.

Lalu, apa itu tren No Buy Challenge? Berikut ulasannya.

Baca juga: Awas, Konten Negatif di Medsos Bisa Bikin Anak Depresi

Apa itu No Buy Challenge 2025?

No Buy Challenge adalah sebuah gerakan yang muncul dengan tujuan mengurangi konsumsi berlebihan dan mendorong gaya hidup minimalis.

Tren ini mengajak masyarakat untuk tidak membeli barang non-esensial sepanjang tahun 2025.

Misalnya, beberapa warganet berencana mengurangi pembelian pakaian, parfum, atau kopi harian sepanjang 2025.

Meski terlihat sederhana, challenge ini dapat memberikan dampak yang signifikan. Mulai dari perubahan pola pikir hingga peningkatan kualitas hidup orang-orang yang terlibat, termasuk mengatur keuangan.

“Kita diajarkan menghemat uang untuk hal yang enggak penting, mengurangi konsumsi berlebihan, dan lebih memperhatikan kebiasaan belanja kita yang sebelumnya tidak menjadi perhatian utama,” ujar Psikolog, Meity Arianty, STP., M.Psi. kepada , Senin (30/12/2024).

Baca juga: Viral Soal Cat Rambut Sebabkan Kanker, Mitos atau Fakta?

Di era media sosial ini, kita seringkali mudah dipengaruhi oleh apa yang menjadi minat masyarakat luas.

Hal ini menimbulkan sifat FOMO atau Fear of Missing Out yang mendorong perilaku impulsif dalam mengeluarkan uang.

“Harus diakui bahwa kita seringkali membeli sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan atau belum dibutuhkan,” ujarnya.

Sehingga dengan adanya tren ini, masyarakat akan lebih "melek finansial", yang berarti lebih cerdas dalam mengelola keuangan.

Namun, menjadi melek finansial bukan berarti harus menyiksa diri dengan melakukan penghematan yang berlebihan.

“Sebab itu mustahil. Kita tetap boleh membeli kebutuhan, namun harus lebih diseleksi,” ujar Meity.

Baca juga: Viral Soal Cat Rambut Sebabkan Kanker, Mitos atau Fakta?

Tren ini menurutnya perlu dilakukan dengan realistis dan fleksibel, jangan sampai terlalu ketat sehingga mengganggu kebutuhan dasar.

Dengan pendekatan yang bijak, tren ini juga memberikan ruang untuk menentukan prioritas yang sebenarnya.

“Sekiranya suatu barang tidak menjadi hal yang pokok, maka kita bisa menunda atau tidak perlu membelinya,” jelasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat