Strawberry Parents Sebabkan AQ Rendah pada Anak, Kok Bisa?
- Fenomena strawberry parents semakin sering menjadi perbincangan, terutama karena dampaknya yang signifikan terhadap anak-anak.
Menurut Psikolog Klinis RS Dr Oen Solo Baru sekaligus pengajar di Setiabudi University Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., strawberry parents memiliki banyak dampak buruk pada anak, salah satunya pada Adversity Quotient (AQ).
"Kalau kita bicara dari istilah di psikologi ini ada yang namanya Adversity Question atau AQ. Nah ini kan kegigihan," ujarnya ketika diwawancarai , Sabtu (28/12/2024).
AQ adalah kegigihan atau kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah. Menurut Joko, AQ merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kesuksesan seorang anak, di samping IQ.
Baca juga:
- Mengenal Strawberry Parents, Orangtua yang Terlalu Melindungi Anak
- 9 Perilaku yang Menunjukkan Kecerdasan Emosional Rendah
Sayangnya, pola asuh strawberry parents sering kali membuat anak-anak memiliki AQ yang rendah. Mengapa ini bisa terjadi?
Alasan strawberry parents bikin AQ anak rendah
Salah satu ciri utama dari strawberry parenting adalah orangtua yang terlalu protektif.
Anak-anak dari orangtua seperti ini jarang diberi kesempatan untuk menghadapi tantangan secara mandiri.
Setiap kali ada masalah, orangtua langsung turun tangan untuk menyelesaikan masalah anaknya.
"Biarkan papa mama saja yang punya masalah, kamu enggak usah mikir," ungkap Joko.
Akibatnya, anak tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri. Rasa percaya diri mereka untuk menyelesaikan masalah pun menjadi lemah, karena selalu bergantung pada orangtua.
"Bagaimana kegigihan itu bisa timbul kalau orangtuanya terlalu mem-protect dia dan akibatnya anak ini mudah menyerah," ungkap Joko.
Baca juga:
- Hati-hati, Overprotektif Bisa Sebabkan Anak Kurang Percaya Diri
- 6 Dampak Buruk Media Sosial bagi Anak, Perubahan Perilaku hingga Pornografi
Pola asuh ini juga menjauhkan anak dari pengalaman menghadapi kegagalan.
Anak-anak yang tidak pernah diajak untuk memecahkan masalah sendiri cenderung mudah menyerah ketika menghadapi tantangan.
Ketika menemui sedikit tantangan, bukannya menghadapi masalah tersebut, mereka akan cenderung menyerah.
Kesulitan kecil akan dianggap sebagai masalah besar yang bisa membuat stres.
"Karena mereka seringkali sudah overthinking dan lain sebagainya," pungkasnya.
Hal ini sangat relevan dengan generasi saat ini, yang sering dianggap rentan terhadap tekanan dan kurang tangguh dalam menghadapi kesulitan.
"Nah, ini sangat sekali dengan kondisi generasi-generasi sekarang yang mudah menyerah," tutup Joko.
Terkini Lainnya
- Jokowi Pakai Batik Naga Dersonolo Saat Temui Sri Sultan HB X, Apa Maknanya?
- Selektif, Winky Wiryawan Punya Kriteria Sneakers Idaman
- 4 Tips agar Bekal Anak Tetap Aman Dikonsumsi, Orangtua Harus Tahu
- 10 Merek Dress Lokal di Bawah Rp 300.000
- Wacana Pembatasan Usia Mengakses Medsos, Apa yang Akan Dilakukan Orangtua agar Anak Tidak Bosan?
- Cegah Munculnya Masalah Kesehatan, Dokter Gizi Ingatkan 6 Hal untuk Makan Bergizi Gratis
- Jangan Sepelekan, Kelelahan Bisa Membuat Orangtua Kurang Waspada Mengawasi Anak
- Wacana Batasan Usia Mengakses Media Sosial Dinilai Bisa Bantu Orangtua Awasi Anak
- 4 Tips Diet untuk Menjaga Kesehatan Mental
- Jerawat Parah, Bisakah Sembuh Total?
- Jangan Lepas Balita di Lingkungan Berisiko, Awasi dengan 8 Langkah Ini
- Jangan Asal, Hindari Wadah Bekal yang Berbahaya untuk Kesehatan Anak
- 6 Tips Menjaga Keamanan Anak Saat Orangtua Sibuk atau Beristirahat
- Dapat Makan Bergizi Gratis, Perlukah Orangtua Tetap Bawakan Bekal?
- 15 Baju Olahraga Lokal di Bawah Rp 300.000 yang "Stylish"