luxdomini.net

Orangtua Harus Tahu, Ini 4 Ciri-ciri Skizofrenia pada Anak

Ilustrasi anak
Lihat Foto

- Skizofrenia adalah salah satu jenis gangguan mental berat yang menganggu proses berpikir dan menilai realita. Skizofrenia tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga dapat terjadi pada anak-anak. 

Berdasarkan statistik, gejala skizofrenia biasanya mulai muncul pada laki-laki antara usia 15 hingga 25 tahun, sementara pada perempuan, gejala ini muncul lebih lambat, antara 25 hingga 35 tahun. 

Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Zulvia Oktanida Syarif, anak-anak bisa menunjukkan tanda-tanda prodromal, yaitu gejala awal yang menunjukkan kemungkinan berkembangnya skizofrenia. 

"Kalau pada anak-anak biasanya sudah ada gejala-gejala, kita sebutnya prodromal. Jadi seperti cikal bakalnya gitu, gejala menuju skizofrenia," ujarnya ketika diwawancarai , Selasa (3/12/2024). 

Baca juga: Tidak Hanya Orang Dewasa, Anak Juga Bisa Idap Skizofrenia

Orangtua perlu mengetahui ciri-ciri skizofrenia pada anak, agar dapat melakukan deteksi dini dan intervensi yang tepat. Berikut adalah gejala awal skizofrenia pada anak:

4 Ciri Awal Skizofrenia pada Anak

1. Menarik Diri

Menurut Natalia, ciri-ciri skizofrenia pada anak dapat terlihat dari perilaku menarik diri, baik dari orangtua keluarga, ataupun teman. Di mana anak tidak mau bersosialisasi dan memilih tidak memiliki teman. 

2. Perubahan Perilaku

Salah satu gejala awal yang sering terlihat adalah perubahan perilaku, seperti penarikan diri dari lingkungan sosial. Anak yang mengalami skizofrenia mungkin menunjukkan perilaku yang dianggap aneh. 

"Misalnya ada pembicaraan yang aneh, sering komat-kamit bicara sendiri, tertawa sendiri. Jadi ada perilaku-perilaku yang aneh," ungkap Zulvia. 

Baca juga: Kasus Remaja Bunuh Ayah dan Nenek, Kenali Tanda Awal Skizofrenia pada Remaja

3. Ekspresi yang Datar

Mereka juga cenderung menunjukkan ekspresi wajah yang datar dan tidak bervariasi. Hal ini terjadi karena kemampuan mereka untuk menilai situasi sosial dan memahami lingkungan sekitar terganggu. 

"Tidak tahu harus bersikap apa pada orang di sekelilingnya, jadi kayak seakan-akan ada di dunia pikirannya sendiri, kayak tidak peduli orang," tutur Zulvia. 

Bukan karena mereka bersikap jahat, melainkan disebabkan oleh gangguan pada pemikiran mereka.

Baca juga: Mengenal Skizofrenia, Penyakit Mental yang Sebabkan Halusinasi dan Delusi

4. Sering Berhalusinasi

Penting untuk diingat bahwa anak kecil, terutama balita dan anak prasekolah, sering memiliki teman imajinasi yang dianggap normal. 

"Punya teman halusinasi, teman khayalan, teman imajinasi. Jadi mereka misalnya main rumah-rumahan dan boneka bersama teman, lalu dia ngomong sendiri Itu masih wajar," pungkas Zulvia. 

Yang tidak wajar adalah jika teman khayalan ini terus ada hingga usia sekolah yang merupakan usia sosial seorang anak. 

Di mana anak seharusnya sudah tidak memiliki teman hayalan karena sudah memiliki teman nyata di sekolah dan lingkungan, ini bisa menjadi tanda bahaya. 

"Apalagi jika ia menjauh dari teman-temannya dan malah ngomong sendiri sama teman hayalannya. Itu sudah harus jadi red flag, sudah harus diperiksakan ke sekolah atau psikiater," tutup Zulvia. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat