Tidak Hanya Orang Dewasa, Anak Juga Bisa Idap Skizofrenia
- Ketika mendengar istilah skizofrenia, mungkin kita mengira gangguan mental ini hanya dialami oleh orang dewasa.
Namun kenyataannya, anak-anak juga bisa mengidap skizofrenia, meskipun kasusnya tergolong langka.
Menurut Psikiter Forensik Natalia Widiasih Raharjanti, skizofrenia pada anak-anak disebut sebagai Childhood-Onset Schizophrenia.
"Skizofrenia Awal Masa Kanak-kanak (Childhood-Onset Schizophrenia) muncul pada usia 13 tahun," ujarnya pada , Selasa (3/12/2024).
Seperti skizofrenia pada orang dewasa, bentuk ini melibatkan gejala positif dan negatif.
Baca juga: Kasus Remaja Bunuh Ayah dan Nenek, Kenali Tanda Awal Skizofrenia pada Remaja
Gejala positif, seperti halusinasi dan delusi, adalah pengalaman yang "bertambah" pada persepsi anak, seperti mendengar suara atau memiliki keyakinan yang tidak sesuai realitas.
Sementara itu, gejala negatif berupa kehilangan kemampuan, seperti kesulitan dalam berinteraksi sosial atau mengekspresikan emosi, yang seringkali lebih sulit untuk dikenali pada anak-anak.
Selain itu, anak dengan skizofrenia sering mengalami penurunan kognitif, seperti gangguan memori atau kesulitan dalam pengambilan keputusan.
"Oleh karena itu, anak dengan skizofrenia dapat mengalami kesulitan akademik, isolasi, penarikan sosial, perilaku mengganggu, serta masalah dengan bicara dan bahasa," ungkap Natalia.
Baca juga: Ketahui, Tanda-tanda Awal Terjadinya Skizofrenia
Fase-fase skizofrenia pada anak
Skizofrenia Awal Masa Kanak-kanak tentunya ditemukan pada usia muda dimana hal tersebut merupakan salah satu prognosis yang buruk.
"Hal ini disebabkan karena karena proses patofisiologi awal hingga timbulnya gejala sudah berlangsung lebih lama," jelas Natalia.
Menurutnya, skizofrenia pada anak menyebabkan penurunan fungsional seiring berjalannya waktu, yang terbagi dalam empat fase perkembangan:
1. Fase premorbid
Terjadi pada masa kanak-kanak awal. Dalam fase ini, gejala skizofrenia belum terlihat jelas, tetapi mungkin ada masalah kecil dalam kemampuan kognitif atau sosial.
2. Fase prodromal
Muncul saat anak mendekati masa remaja hingga dewasa awal. Gejala mulai tampak secara bertahap, seperti penurunan fungsi klinis dan sosial.
Baca juga: Mengenal Skizofreniform, Gangguan Mental Mirip Skizofrenia
3. Fase psikotik
Ditandai dengan episode psikotik pertama, di mana halusinasi, delusi, atau gejala lainnya menjadi sangat nyata.
"Munculnya episode psikotik pertama diikuti dengan relaps yang berulang menandakan masuknya pasien dalam fase psikotik," pungkas Natalia.
Jika tidak ditangani, episode psikotik dapat kambuh yang kemudian akan memperburuk kondisi anak.
4. Fase residual
Fase terakhir adalah fase residual, yaitu masa hidup selanjutnya setelah episode psikotik yang paling parah. Setelah episode psikotik akut, anak mungkin stabil, tetapi masih terdapat tantangan kronis dalam fungsi sehari-hari.
"Oleh karena itu, intervensi dini dan pengobatan yang efektif dapat berpotensi mengurangi penurunan fungsi tersebut," tutup Natalia.
Terkini Lainnya
- 5 Cara Orangtua Mengatasi Rasa Bersalah Setelah Anak Celaka
- Kapan Harus ke Dokter Kalau Ada Jerawat?
- Tak Cuma Makanan Digoreng, Ini Rekomendasi Bekal Bergizi dari Ahli
- Kenapa Jerawat Bisa Menyebabkan Bopeng dan Bagaimana Mengatasinya?
- 5 Langkah Mudah Memulai Diet Nabati
- Apa Itu Lavender Marriage? Ramai Dibahas di Medsos
- Kekhawatiran Orangtua Jika Pemerintah Batasi Anak Pakai Medsos
- Cerita Winky Wiryawan Dalami Hobi Lari, Diawali Ikutan Istri
- Jokowi Pakai Batik Naga Dersonolo Saat Temui Sri Sultan HB X, Apa Maknanya?
- Selektif, Winky Wiryawan Punya Kriteria Sneakers Idaman
- 4 Tips agar Bekal Anak Tetap Aman Dikonsumsi, Orangtua Harus Tahu
- 10 Merek Dress Lokal di Bawah Rp 300.000
- Wacana Pembatasan Usia Mengakses Medsos, Apa yang Akan Dilakukan Orangtua agar Anak Tidak Bosan?
- Cegah Munculnya Masalah Kesehatan, Dokter Gizi Ingatkan 6 Hal untuk Makan Bergizi Gratis
- Jangan Sepelekan, Kelelahan Bisa Membuat Orangtua Kurang Waspada Mengawasi Anak