Australia Larang Remaja di Bawah 16 Tahun Main Media Sosial, Mungkinkah Diterapkan di Indonesia?
- Baru-baru ini, Australia menetapkan undang-undang yang melarang anak-anak di bawah usia 16 tahun menggunakan media sosial. Diperkirakan pembatasan tersebut mencakup platform seperti TikTok, Instagram, X, dan Snapchat.
Langkah ini bertujuan untuk melindungi anak-anak, agar dapat tumbuh secara optimal dan melindungi mereka dari risiko bahaya penggunaan media sosial.
Menurut Psikolog Klinis Ratih Ibrahim, peraturan tersebut adalah hal yang baik untuk diterapkan pada anak-anak usia 16 tahun ke bawah.
"Jadi, saya mendukung pemerintah Australia. Agar anak-anak bisa fokus bertumbuh dan belajar secara wajar," ujarnya ketika diwawancarai , Selasa (3/11/2024).
Baca juga: 5 Cara Bijak Kelola Penggunaan Gadget pada Anak Remaja, Jangan Sekadar Melarang
Kemungkinan Penerapan di Indonesia
Lalu, bagaimana jika kebijakan peraturan pembatasan media sosial pada anak usia 16 tahun ke bawah ini diberlakukan di Indonesia?
Menurut Ratih, jika diterapkan di Indonesia, kebijakan serupa mungkin memiliki dampak positif.
Pembatasan media sosial dapat membantu anak-anak Indonesia menjalani masa kecil yang lebih sehat dan seimbang. Tanpa media sosial, anak-anak dapat fokus pada kegiatan fisik seperti bermain di luar, berolahraga, dan bersosialisasi langsung dengan teman sebaya.
"Agar mereka tumbuh sebagai anak-anak, lari-lari, main hujan, berenang, main bola. Sebenarnya, anak usia 16 tahun itu harusnya masih bermain yang banyak dulu," jelasnya.
Hal ini dapat membuat anak-anak tumbuh dan berkembang secara lebih optimal. Pasalnya, tanpa adanya media sosial dan gadget, perkembangan sosial, emosional, dan fisik anak menjadi lebih baik.
Baca juga: Waspada, Media Sosial Bisa Jadi Gerbang Masuknya Child Grooming
Selain itu, anak-anak juga terhindar dari dampak negatif media sosial, seperti kecanduan layar, cyberbullying, pedofilia, dan tekanan sosial.
"Penggunaan sosial media di umur yang terlalu kecil itu juga membuat anak-anak rentan Jadi mangsa pedofilia," jelas Ratih.
Dalam konteks budaya Indonesia, masa kecil yang bebas dari gadget juga sejalan dengan nilai-nilai tradisional, di mana anak-anak belajar dari pengalaman langsung di lingkungan sekitar.
Namun, membatasi media sosial bagi anak-anak memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tantangan dalam Penerapan
Menurut Ratih, ada banyak tantangan yang akan terjadi, jika peraturan tersebut diterapkan di Indonesia. Batasan usia penggunaan media sosial juga perlu kembali dikaji, agar sesuai dengan budaya dan realita di Indonesia.
Baca juga: Awas, Media Sosial Bisa Berakibat Penggunanya Selalu Merasa Kurang
Di Australia, usia 16 tahun mungkin dianggap cukup dewasa untuk bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri, tetapi di Indonesia, anak-anak seringkali masih bergantung pada orangtua bahkan setelah usia tersebut.
Terkini Lainnya
- 5 Cara Orangtua Mengatasi Rasa Bersalah Setelah Anak Celaka
- Kapan Harus ke Dokter Kalau Ada Jerawat?
- Tak Cuma Makanan Digoreng, Ini Rekomendasi Bekal Bergizi dari Ahli
- Kenapa Jerawat Bisa Menyebabkan Bopeng dan Bagaimana Mengatasinya?
- 5 Langkah Mudah Memulai Diet Nabati
- Apa Itu Lavender Marriage? Ramai Dibahas di Medsos
- Kekhawatiran Orangtua Jika Pemerintah Batasi Anak Pakai Medsos
- Cerita Winky Wiryawan Dalami Hobi Lari, Diawali Ikutan Istri
- Jokowi Pakai Batik Naga Dersonolo Saat Temui Sri Sultan HB X, Apa Maknanya?
- Selektif, Winky Wiryawan Punya Kriteria Sneakers Idaman
- 4 Tips agar Bekal Anak Tetap Aman Dikonsumsi, Orangtua Harus Tahu
- 10 Merek Dress Lokal di Bawah Rp 300.000
- Wacana Pembatasan Usia Mengakses Medsos, Apa yang Akan Dilakukan Orangtua agar Anak Tidak Bosan?
- Cegah Munculnya Masalah Kesehatan, Dokter Gizi Ingatkan 6 Hal untuk Makan Bergizi Gratis
- Jangan Sepelekan, Kelelahan Bisa Membuat Orangtua Kurang Waspada Mengawasi Anak