luxdomini.net

Cara Andien Aisyah Melawan Stigma Perempuan Tak Mampu Jadi Pemimpin

Penyanyi, Andien dalam TOMS Store Grand Opening di Gandaria City, Jakarta Selatan, pada Selasa (03/12/2024).
Lihat Foto

- Kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan telah mengalami banyak kemajuan. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perempuan yang menduduki posisi sebagai pemimpin.

Kini perempuan sudah semakin diakui kemampuannya di berbagai bidang, tapi sebenarnya kesetaraan belum sepenuhnya terwujud secara merata akibat adanya stigma.

Menjadi seorang perempuan dalam posisi kepemimpinan sering kali harus menghadapi pemikiran bahwa mereka tidak mampu memimpin.

Baca juga: Andien Adakan Bazar hingga Daur Ulang Sepatunya yang Tak Terpakai

Penyanyi berbakat Andien Aisyah turut berbagi pandangannya tentang hal ini.

Menurutnya, kondisi perempuan dipandang sebelah mata muncul karena patriarki yang selama ini menempel erat dengan budaya kita.

Andien percaya bahwa stigma ini tidak bisa dihilangkan dalam semalam, tetapi perempuan dapat melawannya dengan menunjukkan kemampuan dan dedikasi.

“Kesetaraan peran sudah terjadi, dan ketika menjalani peran-peran tersebut, jalani lah dengan sepenuh hati,” ujarnya dalam TOMS Store Grand Opening di Gandaria City, Jakarta Selatan, pada Selasa (3/12/2024).

Dia menegaskan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekeliling kita mengenai pembagian peran tersebut.

“Contohnya kalau dalam case aku adalah berumah tangga, jadi kami (Andien dan suami) berusaha untuk mengomunikasikan dengan baik peran kami masing-masing,” jelasnya.

Kesetaraan bukan hanya soal mengambil peran, melainkan juga bagaimana peran tersebut dijalankan dengan kolaborasi dan saling menghormati.

“Kita bisa berbagi peran di mana saja, begitu juga di pekerjaan. Ketika kita menjadi pemimpin, bukan berarti kita otoriter lalu bisa merendahkan gender lainnya,” tegasnya.

Baca juga: Terapkan Slow Fashion, Andien Pilih Beli Baju Berkualitas Tinggi

“Ketika perempuan menjadi pemimpin bukan berarti laki-laki bisa diinjak-injak, begitu pula ketika lelaki yang memimpin, bukan berarti perempuan bisa diinjak-injak,” tambahnya.

Baginya, dengan memiliki pola pikir seperti ini, di mana kita semua setara, tidak akan ada lagi yang menganggap remeh satu sama lain.

“Jadi tidak berat sebelah. Tidak melihat laki-laki atau perempuannya, tetapi sebagai manusia yang saling berbagi peran dalam masyarakat,” tutupnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat