Orangtua "Strict", Anak Terkekang?
Oleh: Geby Velensia, Euginia Sharon Halim, Erin, Vania Angelia Kasena, Zubaidah, dan Monika*
PERKEMBANGAN psikologis anak merupakan aspek penting yang dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya gaya parenting.
Parenting (pengasuhan) merupakan upaya yang dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab orangtua untuk memberikan hak dan kewajiban kepada anak.
Salah satu gaya pengasuhan yang sering dikeluhkan oleh anak adalah ketika orangtua mereka menerapkan banyak batasan atau disebut strict parent.
Istilah strict parent sering kali terdengar belakangan ini. Di media sosial, kita sering melihat anak-anak yang mengeluhkan sulitnya mendapat izin untuk bermain bersama teman-temannya.
Biasanya, mereka harus berpikir berkali-kali untuk izin dan berakhir membohongi orangtuanya agar mereka dapat pergi bersama teman-temannya.
Sesuai dengan cerita di atas, pengertian strict parent adalah ungkapan yang menggambarkan anak yang terlalu dibatasi pergerakannya oleh orangtua, atau dalam psikologi identik dengan pola asuh authoritarian atau pola asuh otoriter.
Pola asuh ini dapat dikenali dari cara orangtua dalam mengasuh anak yang terlalu menerapkan kontrol tinggi dan sangat ketat dalam mengawasi batasan anak.
Namun dalam penerapannya, orangtua justru kurang menanamkan rasa tanggung jawab pada anak serta tidak memberi kehangatan dan kasih sayang yang cukup.
Strict parent sering terjadi di berbagai budaya dan keluarga di seluruh dunia. Ada beberapa faktor umum yang memengaruhi, misalnya, budaya, dan nilai tradisional.
Biasanya budaya Asia, Timur Tengah, atau Afrika, cenderung memiliki nilai tradisional yang sangat kuat. Orangtua merasa bertanggung jawab untuk mengajarkan disiplin ketat sebagai cara menghormati nilai-nilai tersebut dan menjaga reputasi keluarga.
Biasanya orangtua dari latar belakang sosial-ekonomi lebih rendah merasa cemas tentang masa depan anak-anak mereka dan menerapkan disiplin ketat sebagai harapan untuk mengarahkan anak ke kehidupan yang lebih baik dan terjamin.
Selain itu, pengalaman pribadi orangtua juga berperan penting dalam penerapan pola asuh. Orangtua yang tumbuh dalam lingkungan ketat kadang merasa perlu mendisiplinkan anak-anak dengan cara serupa agar kelak anaknya bisa siap menghadapi tantangan hidup.
Pola asuh otoriter biasanya diterapkan oleh orangtua pada saat usia anak mulai mengerti aturan. Pada masa balita hingga remaja atau ketika anak dianggap mulai memahami aturan rumah tangga dan lingkungan sosialnya.
Menurut Steinberg (2001), pola asuh otoriter sering diterapkan selama anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi lebih mandiri karena orangtua merasa perlunya kontrol yang kuat untuk memastikan anak-anak dapat menghindari risiko sosial seperti perilaku impulsif atau pengaruh teman sebaya yang negatif.
Di tengah tuntutan akademis yang semakin meningkat dan kompleksnya tekanan sosial, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan terlalu mengekang mungkin mengalami dampak psikologis, seperti kecemasan, depresi, dan rendahnya rasa percaya diri.
Pola asuh ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai keseimbangan antara disiplin dan kebebasan, serta bagaimana orangtua dapat mendukung pertumbuhan anak tanpa mengorbankan kesejahteraan emosional mereka.
Menurut Baumrind, pola asuh otoriter merupakan jenis pengasuhan yang menekankan pada tuntutan, kontrol, dan kepatuhan tinggi.
Orangtua yang memiliki pola asuh otoriter akan mencoba membuat anaknya mematuhi standar perilaku yang ditetapkan dan akan menghukum mereka secara paksa karena pelanggaran.
Pada pola asuh ini, orangtua memiliki tuntutan kepada anak agar mereka menuruti perintah, sangat sedikit dukungan yang diberikan kepada keinginan anak dan lebih suka menghukum anak.
Terkini Lainnya
- Tips Cari Perabotan Bebas Zat BPA, Penting untuk Kesehatan Keluarga
- 15 Tanda Pacar Selingkuh Saat LDR, Sering Tak Disadari
- Awas Perabotan Mengandung Zat BPA, Ini Bahayanya bagi Perkembangan Anak
- 8 Sifat Virgo dalam Percintaan, Kritis tapi Penyayang
- 9 Cara agar LDR Tetap Langgeng, Cowok Wajib Tahu
- Ibu Hamil Jangan Sering Pakai Perabotan Plastik, Ini Alasannya
- Marsha Timothy: Tak Ada Kata Terlambat untuk Merawat Kulit
- 3 Tips Intermittent Fasting ala Adrian Maulana, Mulai Secara Bertahap
- "Separate Issue" dalam Film "Finding Nemo"
- Kasus Remaja Bunuh Ayah dan Nenek, Kenali Tanda Awal Skizofrenia pada Remaja
- Marsha Timothy Ungkap Rahasia di Balik Kulit Awet Mudanya
- 5 Model Kacamata yang Sedang Tren, Ada Model Cat Eye
- 3 Jenis Produk Menstruasi dan Cara Menggunakannya, Perempuan Harus Tahu
- 16 Makanan Tinggi Protein untuk Diet Selain Telur, Ada Tempe dan Udang
- Pemanfaatan AI di Industri Kecantikan Diprediksi Jadi Tren Tahun 2025