Jangan Makan Nasi Kuning dan Nasi Uduk Saat Sarapan, Kenapa?
– Sarapan adalah waktu yang sangat krusial bagi tubuh kita, karena dapat menentukan energi dan fokus kita sepanjang hari. Tak jarang, nasi kuning dan nasi uduk menjadi pilihan menu yang populer untuk sarapan.
Namun, tahukah kamu bahwa nasi kuning dan nasi uduk bukanlah pilihan sarapan terbaik?
Menurut ahli gizi dan dietisian Puteri Aisyaffa Aziza, kedua menu tersebut lebih cocok dikonsumsi saat makan siang, bukan di pagi hari karena tergolong ke dalam karbohidrat sederhana.
"Nasi yang digunakan untuk makanan tersebut (nasi kuning dan nasi uduk) itu kan nasi putih yang masuk ke golongan karbohidrat sederhana," ujar Puteri saat diwawancarai , Rabu (6/11/2024).
Baca juga:
- Bukan Nasi dan Mi Instan, Ini Asupan Bekal yang Sehat untuk Anak-anak
- 5 Menu Sarapan yang Bantu Kurangi Lemak Visceral
Pada pagi hari, setelah tubuh beristirahat semalaman, perut biasanya dalam keadaan kosong dan gula darah cenderung rendah.
Jika kita mengonsumsi karbohidrat sederhana seperti nasi kuning atau nasi uduk, makanan tersebut akan cepat dicerna dan menyebabkan gula darah melonjak secara drastis.
Akibat lonjakan gula darah yang cepat, tubuh akan merasakan penurunan energi yang juga terjadi dengan sangat cepat.
"Itu bisa ada fluktuasi gula darah yang terjadi, yang akhirnya membuat kita ngantuk dan lemas. Jadi bawaannya abis makan itu pengen tidur, kaya kok jadi engga semangat kerja," tambah Puteri.
Inilah yang menyebabkan kita sering merasa cepat lemas, mengantuk atau bahkan kehilangan fokus setelah sarapan dengan makanan kaya karbohidrat sederhana seperti nasi putih, nasi kuning, nasi uduk, lontong sayur, tepung, atau roti putih.
Lantas, apa yang sebaiknya dikonsumsi untuk sarapan?
Baca juga:
- 8 Minuman Sehat yang Baik Dikonsumsi Sebelum Sarapan
- Kisah Diet Sean, Turun Bobot 29 Kg dalam 6 Bulan
Puteri menyarankan untuk memilih makanan yang kaya serat, yang lebih mengenyangkan dan memberikan energi stabil sepanjang hari.
Makanan dengan serat tinggi, seperti roti gandum, telur, atau buah-buahan, bisa menjadi pilihan yang lebih baik.
"Cuma kalau memang tidak ada pilihan lain dan ingin makan itu (karbohidrat sederhana), itu boleh-boleh saja, hanya porsinya harus lebih diatur," tutup Puteri.
Terkini Lainnya
- Alex Consani, Transgender Pertama yang Raih Model of the Year
- Mengapa Hair Oil Membuat Rambut Mudah Lepek?
- Cara Mendetoks Kulit Kepala dengan Hair Oil
- Jangan Anggap Sepele, Kulit Kepala juga Butuh Detoks Kulit Mati
- Merek Parfum Lokal hingga Aromaterapi Ramaikan Local Joy Vol 4
- Lagi, Frank & co Raih Gelar "Brand of the Year" 2024-2025 di London
- Kulit Remaja Berjerawat, Kapan Harus ke Dokter?
- Berkaca dari Kasus Remaja Bunuh Ayah dan Nenek, Apa Stres Belajar Bisa Timbulkan Perilaku Agresif?
- 7 Kebiasaan yang Berisiko Sebabkan Jerawat pada Remaja
- Mengenal Skizofrenia, Penyakit Mental yang Sebabkan Halusinasi dan Delusi
- Mengintip Desain Jam Tangan Eksklusif Seiko 5 Sports Indonesia Harimau Sumatera
- Cantiknya Ribka Sugiarto dalam Balutan Ball Gown di Resepsi Pernikahannya
- Gaya Resepsi Ribka Sugiarto dan Rian Ardianto, Mewah dan Modern
- Seiko Indonesia Luncurkan Jam Tangan Terinspirasi dari Harimau Sumatera
- Cara Marcelino Lefrandt Memelihara Tubuh jika Tak Sempat Olahraga