Pahami Aturan Wiru pada Kain Batik, Jangan Asal Lipat
- Kain batik bukan sekadar pakaian, tetapi juga membawa makna dan filosofi yang mendalam, baik untuk pria maupun wanita.
Ketika dipakai sebagai bawahan, kain batik dililitkan di pinggang, dengan ujungnya yang diberi wiru atau dilipat memanjang dari atas ke bawah. Namun, ada aturan dan filosofi yang tidak bisa diabaikan.
Menurut Peni Cahyaningtyas, pendiri Griya Peni, wiru pada kain batik memiliki perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki menggunakan wiru yang lebih lebar, melambangkan kegagahan dan kekuatan.
"Kalau yang laki-laki, lebar wirunya lebih besar daripada yang perempuan, karena memperlihatkan kegagahan," ujarnya saat diwawancarai , Jumat (25/10/2024).
Baca juga: Jangan Asal, Pakai Kain Batik Bermotif Sayap Sebaiknya Dihadapkan ke Atas
Untuk laki-laki, wiru dibuat dengan melipat ujung kain batik selebar lima hingga delapan sentimeter, sementara untuk perempuan hanya empat sentimeter.
Selain itu, jumlah lipatan wiru juga harus ganjil, sebagai simbol pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
"Lipatannya rata-rata ganjil, baik untuk perempuan maupun laki-laki. Kepercayaan orang Jawa selalu menganggap angka ganjil itu 7, yang artinya permohonan pertolongan Maha Kuasa atau pitulungan," jelas Peni.
Saat membuat wiru, penting untuk memperhatikan arah tutupan kain batik. Arah tutupan ini berbeda untuk laki-laki dan perempuan.
Untuk perempuan, ujung kain harus menutup ke arah kanan, sedangkan untuk laki-laki, ujung kainnya harus menutup ke arah kiri.
"Jangan sampai kebalik, ya. Perempuan itu nutupnya ke kanan, pria itu nutupnya ke kiri," kata Peni menegaskan.
Baca juga: Jangan Pakai Batik Motif Tertentu untuk Clubbing, Simak Penjelasannya
Dalam budaya Jawa, saat ada pasangan yang menikah, laki-laki akan berdiri di sebelah kanan perempuan.
Arah tutupan wiru yang tepat, akan membuat ujung kain laki-laki dan perempuan saling bertemu, melambangkan kesatuan dan perlindungan satu sama lain.
"Filosofi berkain di Jawa adalah, laki-laki berdiri di sebelah kanan perempuan, sehingga kain laki-laki dan kain perempuannya bertemu. Artinya, mereka menyatu; kain bertemu di tengah melambangkan bahwa dia melindungi saya dan saya melindungi dia," tutup Peni.
Dengan memahami aturan ini, kita tidak hanya menghargai keindahan batik, tetapi juga filosofi yang mengikutinya, menjadikannya bagian penting dari identitas budaya kita.
Terkini Lainnya
- Jangan Sekadar Ikut Tren, Pilih Perawatan Kulit Sesuai Kebutuhan agar Tepat Sasaran
- Tips Cari Perabotan Bebas Zat BPA, Penting untuk Kesehatan Keluarga
- 15 Tanda Pacar Selingkuh Saat LDR, Sering Tak Disadari
- Awas Perabotan Mengandung Zat BPA, Ini Bahayanya bagi Perkembangan Anak
- 8 Sifat Virgo dalam Percintaan, Kritis tapi Penyayang
- 9 Cara agar LDR Tetap Langgeng, Cowok Wajib Tahu
- Ibu Hamil Jangan Sering Pakai Perabotan Plastik, Ini Alasannya
- Marsha Timothy: Tak Ada Kata Terlambat untuk Merawat Kulit
- 3 Tips Intermittent Fasting ala Adrian Maulana, Mulai Secara Bertahap
- "Separate Issue" dalam Film "Finding Nemo"
- Kasus Remaja Bunuh Ayah dan Nenek, Kenali Tanda Awal Skizofrenia pada Remaja
- Marsha Timothy Ungkap Rahasia di Balik Kulit Awet Mudanya
- 5 Model Kacamata yang Sedang Tren, Ada Model Cat Eye
- 3 Jenis Produk Menstruasi dan Cara Menggunakannya, Perempuan Harus Tahu
- 16 Makanan Tinggi Protein untuk Diet Selain Telur, Ada Tempe dan Udang