luxdomini.net

Risiko Ikut Kompetisi Lari karena FOMO, Jangan Ditiru

Istilah populer dalam dunia lari.
Lihat Foto

JAKARTA, - Dalam beberapa waktu terakhir, olahraga lari semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan kaum muda.

Banyak orang yang terjun ke dunia lari bukan hanya untuk menjaga kesehatan, tetapi juga karena ingin mengikuti tren atau merasakan Fear of Missing Out (FOMO).

Wardoyo, seorang pelatih lari sekaligus perwakilan Hoka, mengungkapkan bahwa rasa FOMO dalam berlari sebenarnya bukanlah masalah.

Hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

Baca juga:

Namun, ia mengingatkan bahwa perasaan FOMO sebaiknya tidak mendorong pelari untuk memaksakan diri mengikuti kompetisi lari jarak jauh, seperti half marathon atau marathon.

“Kalau yang tiba-tiba FOMO ikut kompetisi lari, itu risikonya sangat tinggi," ujar Wardoyo saat ditemui di Stadion Madya GBK, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Wardoyo menambahkan, kompetisi lari jarak jauh memerlukan waktu persiapan yang panjang dan latihan yang konsisten.

Peserta yang ikut tanpa persiapan matang dapat membahayakan diri mereka sendiri.

Pertama, kata dia, berpotensi terjadi heatstroke dan keram di tengah jalan. Selain itu, pelari pemula tersebut juga berpotensi mengalami blackout atau kehilangan kesadaran.

“Bahkan enggak jarang juga yang terlalu memaksakan diri itu bisa pingsan, dan taruhannya juga pada nyawanya sendiri,” katanya.

Ia menekankan bahwa kompetisi lari jarak jauh bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Modal rasa FOMO saja tidak cukup untuk membawa peserta ke garis finis.

Wardoyo menyarankan agar para pelari menghabiskan waktu lebih banyak untuk mempersiapkan diri sebelum mengikuti kompetisi.

Baca juga:

Lebih baik mempersiapkan diri agar layak mengikuti kompetisi lari jarak jauh, daripada asal mendaftar tanpa persiapan.

Terakhir, ia juga mengingatkan pelari pemula untuk lebih bijak dalam memahami kemampuan diri dan tidak mengutamakan ego, yang dapat membahayakan kesehatan.

“Kalau enggak kuat, jangan dipaksa juga. Keseimbangan antara waktu istirahat dan latihan sama pentingnya. Jadi, bila sudah enggak sanggup melanjut, ya sudah setop saja,” tandasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat