luxdomini.net

Pentingnya Menetapkan Kriteria Jodoh agar Tidak Menyesal

Ilustrasi pasangan suami istri
Lihat Foto

- Banyak perempuan ingin cepat-cepat mendapatkan jodoh yang baik, menikah, dan membangun keluarga. 

Tidak jarang, mereka yang terburu-buru dalam memilih pasangan hidup, berujung menyesal. 

Penting untuk dipahami, mencari pasangan hidup bukan hanya sekadar melihat fisiknya, hartanya, atau mengandalkan rasa cinta. 

Menurut certified Matchmaker Rastrianez, S.PSI., M.M., CPC, CM, ada banyak orang yang mencari jodoh, tapi tidak tahu jodoh seperti apa yang ia inginkan.

"Ketika aku tanya beberapa pertanyaan untuk menggali untuk aku mencocokkan dia sama orang yang sesuai, dia tidak tahu apa yang dia mau dan apa yang dia butuhkan," ujarnya ketika diwawancarai , Sabtu (5/10/2024).

Banyak perempuan mencari jodoh tanpa benar-benar mengenali dirinya sendiri. Misalnya, hanya ingin mendapatkan laki-laki yang tidak patriarki. Namun, ketika ditanya yang patriarki seperti apa, ia tidak tahu. 

Padahal sangat penting untuk menetapkan kriteria jodoh, agar tidak menyesal nantinya. Apalagi, ketidakcocokan kerap menjadi alasan mengapa suatu hubungan gagal. 

Ketidakcocokan seperti perbedaan love language saja, kerap membuat pasangan salah paham.

Begitu juga, ketidakcocokan dalam komunikasi dan nilai yang dipegang dapat menyebabkan pertengkaran. 

Semua ketidakcocokan tersebut berpotensi menyebabkan ketidakbahagiaan dan kegagalan hubungan. 

Maka dari itu, perempuan perlu mengenali dirinya sendiri terlebih dahulu. Dengan begitu, mereka tahu pasangan seperti apa yang mereka mau dan mereka butuhkan. 

"Karena memang banyak orang tidak tahu apa sih yang aku suka dari pasangan, bentuk love language seperti apa dan bagaimana aku bisa memberikan love language yang dibutuhkan pasanganku," tangkas Rastrianez. 

Dengan mengetahui hal itu, tidak hanya diri kita yang berkembang menjadi versi yang lebih baik. 

Namun, kita juga dapat menemukan pasangan yang baik, yang bersamanya hubungan kita bisa ikut berkembang. 

Kita dapat memulai dengan memahami hal apa yang membuat diri nyaman dan tidak nyaman. Hal apa yang dirasa baik dan buruk dari pengalaman hubungan sebelumnya. 

"Kita jugga bisa belajar dari pengalaman orangtua," ungkap Rastrianez. 

Dari pernikahan orangtua, kita bisa mengetahui mana sifat yang membuat kita tidak nyaman dan mana sifat yang membuat kita merasa nyaman. 

"The more we know ourselves, the more kita bisa merefleksikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dari orang lain," tutup Rastrianez.  

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat