4 Masalah Perkembangan Anak yang Harus Segera Ditangani Dokter
JAKARTA, – Perkembangan anak pada usia 0-5 tahun tidak selalu berjalan mulus. Ada banyak masalah yang bisa menghantui.
Dalam perkembangan, parameter yang diukur mencakup kemampuan mereka dalam gerak motorik kasar dan halus, berbahasa, berbicara, dan kemandirian dalam melakukan sesuatu. Semua diperoleh melalui stimulasi.
Namun, perkembangan bisa terganggu jika orangtua tidak memberikan stimulasi yang tepat untuk menunjang perkembangan si kecil.
Baca juga:
Dokter spesialis anak di Klinik Armedika dr. Wanda Gautami, Sp.A mengungkapkan, beberapa masalah perkembangan anak mencakup terlambat bicara (speech delay) dan gangguan pemrosesan sensorik (sensory-processing disorder). Selengkapnya, simak lebih lanjut.
Masalah perkembangan anak
1. Terlambat bicara
Pertama adalah terlambat bicara. Ini bisa terjadi di usia mana saja dalam rentang nol bulan sampai lima tahun.
Perkembangan bicara anak sudah terlihat sejak usia 0-6 bulan karena mereka sudah mulai bisa berbicara.
Meski pun, apa yang dikeluarkan tidak memiliki arti.
“Saat lahir, usia 0-6 bulan, dia akan mulai cooing dan kemudian akan mulai mengoceh,” terang Wanda dalam sesi diskusi daring pada Sabtu (21/9/2024).
Ketika mengoceh, mereka hanya mengeluarkan kata “papapa”, “dadada”, atau “mamama”.
Seiring berjalannya waktu, anak seharusnya sudah bisa menirukan kata yang didengar, memahami 70 kata, mengatakan “mama” dan “papa, mempelajari lima hingga 50 kosa kata, bahkan menggabungkan beberapa kata menjadi satu kalimat utuh.
2. Gangguan pemrosesan sensorik
Selanjutnya adalah gangguan pemrosesan sensori. Anak dengan masalah ini mudah merasa jijik.
Misalnya, ketika ia memegang pasir dan menginjak-injak rumput. Kemudian, langsung menutup telinga saat mendengar suara keras.
Baca juga:
- Menyusui Anak Kedua Lebih Mudah, Benarkah?
- Anak Belum Bisa Bicara, Kapan Perlu Konsultasi ke Dokter?
Perihal makanan, anak tidak menyukai tekstur tertentu. Lalu, saat bermain, anak merasa takut saat memanjat atau melewati jembatan.
“Itu bisa jadi ada masalah sensorik. Itu sebaiknya dikonsultasikan ke dokter tumbuh kembang untuk diterapi,” terang Wanda.
3. ADHD dan autisme
Ternyata, Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD juga bisa dialami oleh anak-anak yang perkembangannya bermasalah.
ADHD adalah gangguan perilaku dengan gejala sulit memerhatikan sesuatu, hiperaktif, dan memiliki dorongan impulsivitas yang tinggi.
“Anak sampai usia lima tahun itu, tiga jam sehari memang harus aktif. Tapi, kalau hiperaktif, misalnya di sekolah seharusnya duduk dan mengerjakan tugas, dia lari-larian,” papar Wanda.
Terkini Lainnya
- Ingin Tampil Menarik? Coba Sesuaikan Aroma Parfum dengan Outfit
- Hati-hati, Teether Juga Bisa Sebabkan Gigi Tonggos pada Anak
- Simak, Cara Membersihkan Teether dengan Tepat
- 5 Alasan Mengapa Saat Memakai Pembalut Terasa Gatal
- Aroma Parfum Bisa Berbeda pada Setiap Orang, Ini 4 Sebabnya
- Kapan Bayi Boleh Menggunakan Teether? Simak Penjelasan Dokter
- Pakai Batu Tawas untuk Ketiak, Ketahui 4 Hal Ini
- Perbedaan Tas Branded Asli dan Palsu Bisa Dikenali dari Bau, Benarkah?
- Ketahui, Kapan Bayi Harus Berhenti Gigit Teether?
- Hari Terakhri Scent of Indonesia, Simak 5 Tips Belanja Ini
- 3 Tips Makan Sehat untuk Persiapan Kehamilan, Calon Bumil Wajib Tahu
- Tas Branded KW Menjamur, Apakah Kualitasnya Bagus?
- Cara Sukses Layering Parfum, Perhatikan Skin Chemistry
- Cegah Preeklampsia dengan Membatasi 2 Jenis Makanan Ini, Bumil Harus Tahu
- Mengapa Sampel Parfum Disemprot di Kertas? Simak Alasannya