FOMO, Sering Kali Jadi Cara Mencari Perhatian

- FOMO atau fear of missing out adalah peristiwa sosial di mana seseorang takut tertinggal dari suatu tren atau keseruan yang terjadi di media sosial.
Fenomena ini kerap terjadi dalam masyarakat digital. Salah satu yang baru-baru ini terjadi adalah keinginan untuk memiliki boneka Labubu, yaitu boneka monster kelinci keluaran Pop Mart.
Boneka tersebut popular ketika Lisa Blackpink mengunggahnya dan menyita perhatian publik. Sejak saat itu penjualan Labubu meningkat drastis.
Bahkan, pembukaan Pop Mart di Indonesia menyebabkan antrean yang sangat panjang dari orang-orang yang menginginkan Labubu.
Baca juga:
Calon pembeli rela mengantre selama berjam-jam untuk mendapatkan boneka kelinci tersebut.
Bahkan, ada yang rela membayar dengan harga berkali-kali lipat untuk mendapatkanya dari reseller.
Lalu, sebenarnya bagaimana FOMO dapat terjadi?
Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati, FOMO berkaitan dengan mencari perhatian.
"Karena memang Aristoteles 2000 tahun yang lalu mengatakan bahwa manusia itu karakternya egois, kita selalu ingin menjadi pusat perhatian," ujarnya ketika diwawancarai , Rabu (18/9/2024).
Sedangkan untuk mendapat perhatian itu sebenarnya tidak mudah. Setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian.
"Makanya ketika kemudian ada sesuatu yang berbeda, pengalaman yang berbeda itu akan jadi pusat perhatian," jelas Devie.
Baca juga:
- Pengalaman Warganet Antre Beli Labubu, Ada yang hingga 17 Jam
- FOMO Boneka Labubu, Kenapa Bisa Demikian?
Misalnya, ada suatu tren baru di media sosial, keinginan untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda mendorong orang untuk mengikutinya sehingga orang melakukan apa saja dan berkorban untuk mengikuti tren baru tersebut.
"Karena ia menginginkan pengalaman spesifik yang berbeda, di mana karena pengalaman tersebut ia akan mendapat perhatian," ujar Devie.

Lalu, orang lain yang melihatnya akan menjadi ingin mengikutinya. Hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial.
Keinginan untuk sama dengan orang lain inilah yang menyebabkan FOMO meluas. Sehingga, tidak hanya untuk mencari perhatian, FOMO juga dilakukan agar lebih diterima di pergaulan sosial.
"Ia mengikuti orang lain meskipun tidak suka, agar diterima," sambung Devie.
Kendati demikian, keinginan mengikuti tren sebetulnya tak selalu buruk.
Baca juga:
- Gara-gara FOMO, 4 dari 5 Orang Berisiko Kena Tipu Belanja Online
- Cara Mengatasi Keinginan Olahraga karena FOMO, Sadari Realita
Dalam beberapa kasus, dorongan tersebut bisa menjadi pemantik semangat misalnya untuk lebih giat belajar dan mengembangkan keterampilan agar bisa seperti artis idola.
Namun, perlu diingat untuk memilah informasi yang didapatkan agar kita tidak ikut-ikutan dalam tren yang bersifat kurang baik.
Terkini Lainnya
- Video Viral Laki-laki Menangis di Konser Sal Priadi, Ini 7 Cara Atasi Rasa Bersalah akibat Kehilangan
- Gaya Cristiano Ronaldo Saat Naik Pesawat, Termasuk Saat ke Kupang?
- Mimpi Buang Air Besar, Tanda Keberuntungan atau Petaka?
- Apakah Tes MBTI Akurat? Ini Kata Ahli dan Deskripsinya
- Gaya Ikonik Mendiang Kim Sae-ron dan Won Bin dalam "The Man from Nowhere"
- Ronaldo ke Kupang Diajak Aktris Cote de Pablo, Siapa Dia?
- Zodiak Taurus Februari 2025: Karier Bersinar, Keuangan Harus Dikontrol
- 6 Cara Kabur dari Rutinitas Tanpa Harus Bepergian Jauh
- Bulking Saat Puasa, Aman atau Tidak?
- Survei: 62 Persen Orang Merasa Kesepian Meski di Tengah Keramaian
- Seperti Mahalini, Ini Alasan Banyak Orangtua Rahasiakan Wajah Bayinya
- Terapkan Sustainable Fashion, Kami Idea Manfaatkan Sisa Bahan Fesyen
- Remaja Rentan Merasa Kesepian, Ini Alasannya
- Kim Sae Ron Meninggal Dunia, Kenang 9 Gaya Ikoniknya di Film dan Drama
- Kesepian Lebih Sering Dialami Masyarakat Perkotaan, Mitos atau Fakta?