luxdomini.net

"Gentle Parenting" Bikin Anak Jadi Lembek, Benarkah?

Ilustrasi orangtua dan anak
Lihat Foto

- Pola pengasuhan anak atau parenting berbeda-beda pada setiap orangtua.

Namun, semuanya memiliki tujuan baik yaitu agar anak bisa tumbuh dengan baik. 

Salah satu jenis pola asuh tersebut adalah "gentle parenting", di mana orangtua tidak memarah-marahi anaknya, melainkan berusaha memahami anak. 

Gentle parenting kerap dikhawatirkan membentuk anak yang lembek, manja, dan mudah menangis.

Hal itu dianggap bertentangan dengan keinginan sejumlah orangtua untuk mendidik secara keras agar anak menjadi individu yang kuat. 

Namun, benarkah gentle parenting membuat anak jadi lembek?

Baca juga:

Gentle parenting bikin anak jadi lenbek?

Menurut Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Rosdiana Setyaningrum, gentle parenting tidak membuat anak menjadi lembek atau menye-menye. 

"Sebenarnya mungkin gentle parenting-nya yang salah diartikan. Gentle parenting itu maksudnya kita tidak ngomomong kasar, tidak memukul, tetapi tetap tegas," ujarnya pada ketika diwawancarai lewat Telepon, Rabu (11/9/2024).  

Gentle parenting bukan berarti orangtua tidak tegas pada anak, melainkan menerapkan aturan dan disiplin. 

Misalnya, anak menginginkan sesuatu yang dilarang oleh orangtua. Orangtua tidak serta-merta marah dan membentak, namun tetap tegas tidak memberikan hal tersebut meski anak menangis. 

Sebaliknya, orangtua yang tegas bisa memberikan pengertian dan menawarkan alternatif lain yang bisa dimiliki anak. 

"Kalau misal dia salah, dia harus menerima konsekuensi," ungkap Rosdiana.

Namun, konsekuensi yang dimaksud bukan hukuman seperti dicubit, dipukul, atau dikurung di suatu ruangan, tetapi konsekuensi dari perbuatannya sendiri.

Memahami konsekuensi membuat anak tidak akan melakukan kesalahan yang sama.

Misalnya, anak mematahkan crayon dengan sengaja dan tetap melakukannya meski sudah dilarang.

Baca juga:

Orangtua harus memberitahu kenapa anak tidak boleh melakukan hal tersebut tanpa harus membentaknya. Namun, senagai konsekuensi, anak tak akan dibelikan krayon lagi jika masih mematahkannya dengan sengaja.

"Dengan begitu anak belajar tentang konsekuensi dan keteraturan," jelas Rosdiana.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat