Hati-hati, Overprotektif pada Remaja Bisa Sebabkan Anak Menutup Diri
- Menjadi orangtua bukanlah tugas yang mudah. Orangtua harus melindungi anaknya, tetapi juga harus memastikan agar pola asuhnya tidak memberikan dampak buruk pada anak.
Terkadang tanpa disadari, orangtua bersifat terlalu melindungi atau overprotektif terhadap anaknya. Apalagi ketika anak beranjak memasuki usia remaja, di mana anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah.
Kekhawatiran orangtua terhadap anaknya makin besar sehingga orangtua menjadi overprotektif. Namun, bolehkah orangtua menjadi overprotektif pada anaknya yang sudah remaja?
Baca juga: Awas, Overprotektif Bikin Anak Malah Menjauh
Menurut Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener, orangtua sebaiknya tidak overprotektif terhadap anaknya yang sudah remaja.
"Sebaiknya orangtua mulai percaya pada kemampuan anak melindungi dirinya sendiri sesuai dengan kapasitas usianya," ujarnya ketika diwawancarai , Kamis (12/9/2024).
Sebab, jika orangtua sudah mengajarkan cara menjaga diri dan menanamkan nilai-nilai moral sejak anak masih kecil, anak biasanya sudah bisa menjaga dirinya sendiri.
Oleh sebab itu, orangtua tidak perlu merasa terlalu cemas dan melindungi secara berlebihan karena justru akan membuat anak merasa tidak dipercaya.
"Ketidakpercayaan orangtua membuat anak merasa tidak dihargai, sehingga berusaha menutup diri dari orangtua," jelas Samanta.
Tidak hanya membuat anak merasa tidak dihargai, overprotektif pada anak remaja juga memberikan banyak dampak buruk.
"Anak dapat merasa risih dan tidak nyaman terhadap orangtuanya, merasa dikekang dan tidak bebas, kurang percaya diri, dan jadi meragukan kemampuannnya sendiri," jelas Samanta.
Apalagi jika orangtua berusaha terus mengawasi anak dan memberikan larangan-larangan pada anak maka anak dapat merasa stres dan tertekan. Bahkan, tidak jarang hal tersebut menyebabkan depresi dan gangguan kesehatan mental lainnya.
Baca juga: Ketahui Ciri-ciri Orangtua Overprotektif terhadap Anak
Orangtua hanya perlu mengarahkan anak tanpa bersikap berlebihan untuk melindungi anak.
"Hal tersebut bisa terjadi dengan membangun komunikasi dua arah yang terbuka dengan anak," ungkap Samanta.
Caranya dengan menjadi teman bicara anak yang tidak menghakimi. Sebaliknya, orangtua bisa mengarahkan anak dengan mengajaknya berdiskusi.
Terkini Lainnya
- Cara Mengurangi Limbah Tekstil, Salah Satunya Pakai Baju Selama Mungkin
- Tas Multifungsi Jadi Andalan Putri Marino untuk Tampil Sehari-hari
- Selain Berbahaya bagi Lingkungan, Limbah Tekstil Juga Mengancam Kesehatan
- Bagaimana Cara Mendapatkan Jodoh yang Baik? Mak Comblang Profesional Ungkap Tipsnya
- 4 Alasan Orangtua Ingin Anaknya Nikah Muda, Termasuk Kurang Edukasi
- Ibu yang Nikah Muda Berpeluang Lakukan Kekerasan pada Anak
- Bukan Makanan, Debu Rumah Paling Sering Memicu Kambuhnya Eksim
- Nikah Muda Lebih Berisiko Cerai, Kenapa?
- JMFW 2025, Indonesia Bidik Dominasi Industri Busana Muslim Global
- Penyebab Mukena Berbau Tak Sedap dan Solusinya
- Sunscreen untuk Anak, Lebih baik Physical atau Chemical?
- 5 Pilihan Merek Kebaya Encim Modern, Mulai Rp 250.000
- Cara Tepat Mencuci Mukena Renda agar Tidak Rusak
- 6 Tanda "Yellow Flag" yang Harus Diwaspadai dalam Pernikahan
- 5 Hal yang Bisa Dilakukan di Jakarta Muslim Fashion Week 2025