Menakut-nakuti Anak Bisa Memperkuat Bonding dengan Orangtua, Benarkah?
- Masih banyak orangtua yang kerap menakut-nakuti anak, demi membuat anak mau menurut.
Bahkan ada juga orangtua yang jahil menakuti anaknya hingga sang anak menangis.
Misalnya, bercanda pura-pura meninggalkan anaknya sendirian, hingga anaknya menangis karena ketakutan. Namun, orangtua justru tertawa saat anaknya menangis, karena menganggapnya lucu melihat anak panik mencari orangtuanya.
Baca juga: Waspadai, Bahaya Menakut-nakuti Anak dengan Filter Instagram
Sebagian orang melihat sikap jahil orangtua tersebut wajar.
Ada juga yang beranggapan, hal tersebut memperkuat hubungan antara ibu dan anak, serta membuat anak lebih ekspresif.
Namun, benarkah demikian?
Menurut Dokter Spesialis Anak Kurniawan Satria Denta, menakut-nakuti anak hingga menangis bukanlah cara efektif untuk memperkuat ikatan antara ibu dan anak atau membuat anak lebih ekspresif.
“Sebaliknya, tindakan ini dapat merusak kepercayaan dan rasa aman yang dibutuhkan untuk membangun hubungan yang kuat,” jelasnya ketika diwawancarai pada Senin (2/9/2024).
Jadi, menakut-nakuti anak hingga menangis bukan cara yang baik untuk membangun bonding, melainkan justru dapat menimbulkan rasa cemas dan tidak aman pada anak.
“Bonding yang positif biasanya terbentuk melalui interaksi yang penuh kasih, empati, dan dukungan, bukan melalui taktik menakut-nakuti”, jelas Denta.
Baca juga: Hati-hati, Membiarkan Bayi Menangis Berdampak Buruk pada Psikologisnya
Hal serupa diungkapkan oleh Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener, bahwa menakut-nakuti anak hingga menangis tidak memperkuat bonding anak dengan orangtuanya.
"Menakuti anak tidak akan membuat anak merasa dirinya disayang dengan tulus oleh orangtuanya, terutama ibu, sebagai tempat paling aman untuk anak," ujarnya ketika diwawancarai pada Senin (2/9/2024).
Bukannya memperkuat bonding, dengan ditakut-takuti, anak justru akan kehilangan kepercayaan pada orangtuanya dan merasa insecure atau tidak percaya diri.
Hal tersebut dapat memicu trauma dan berdampak negatif pada perkembangan psikoemosional anak hingga besar.
"Anak yang diajarkan dengan ditakuti akan menjadi anak yang penakut, alhasil nanti saat makin besar justru enggak berani untuk melakukan berbagai hal dan jadi ragu-ragu dalam mengambil keputusan," jelas Samanta.
Baca juga: Demi Membangun Percaya Diri Anak, Orangtua Jangan Segan Beri Apresiasi
Oleh sebab itu, meskipun orangtua tidak ada niatan buruk dalam menjahili anaknya, sebaiknya, menjahili anak hingga menangis tidak dilakukan, karena dapat berpengaruh buruk pada anak.
Daripada menjahili anak, ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk memperkuat bonding antara anak dan orangtua.
"Memperkuat bonding ibu dan dapat dilakukan dengan mengisi tangki atau cangkir emosi anak dengan melakukan berbagai kegiatan positif bersama anak seperti bermain, membacakan buku, naik sepeda bersama, memeluk anak, memuji anak, dan sebagainya," tutup Samanta.
Terkini Lainnya
- 30 Ucapan Selamat Tidur Bahasa Inggris untuk Orang Terkasih
- Catat, Daftar Perlengkapan Bayi yang Harus Dibeli Sebelum Lahir
- Mengapa Sejumlah Atlet Paralimpiade Pakai Penutup Mata? Ini Sebabnya
- Sepatu Kulit Terasa Keras dan Kaku, Apa Solusinya?
- Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia: Apa yang Bisa Dilakukan untuk Membantu?
- Musim Hujan Tiba, Catat 7 Bahan Pakaian yang Mudah Menyerap Air
- Tren Alis Tipis Kembali Lagi, Mau Ikutan?
- 4 Cara Mencegah Anak Jadi Pelaku Bullying, Beri Contoh Positif
- Enggak Pakai Ribet, Ini Simple Body Care Routine buat Kulit Sehat dan Glowing
- Konser Bruno Mars Jakarta Saat Musim Hujan, Jangan Lupa Siapkan 4 Hal Ini
- 7 Artis Indonesia yang Hobi Koleksi Jam Tangan Mewah
- 8 Tips Memilih Outfit di Musim Hujan
- 5 Toko Perlengkapan Bayi di Tangerang, Ini Daftarnya
- 5 Bahan Pakaian yang Harus Dihindari Saat Musim Hujan
- Rekomendasi 5 Toko Perlengkapan Bayi di Jakarta, Apa Saja?