Catat, 2 Penyebab Terjadinya Fenomena Fatherless di Indonesia
JAKARTA, – Psikolog di Mykidz Clinic Gloria Siagian M.Psi. mengatakan, setidaknya ada dua penyebab terjadinya fenomena “fatherless” di Indonesia.
Adapun, fenomena ini mengacu pada sosok ayah yang absen dalam kehidupan anaknya, baik secara fisik, emosional, maupun keduanya.
“Bermacam-macam faktornya. Bisa jadi karena tidak teredukasi bahwa ayah bukan sekadar pencari nafkah,” ungkap dia saat dihubungi, Jumat (2/8/2024).
Baca juga: Apa Itu Fatherless? Belakangan Ramai Dibincangkan di Medsos
Lebih lanjut, berikut dua penyebab munculnya fenomena fatherless:
1. Ayah sekadar pencari nafkah
Faktor pertama penyebab terjadinya fenomena fatherless di Indonesia adalah masih ada yang menganggap peran ayah sekadar pencari nafkah.
Padahal, ayah juga berperan dalam mengasuh anak. Bahkan, ayah yang aktif dalam mengurus anaknya memiliki ikatan emosional yang lebih kuat dengan sang buah hati karena dekat dengan mereka.
“Ayah memiliki peran dalam membentuk kepribadian dan karakter anak,” tutur Gloria.
Ia tidak menampik, anggapan ini berkaitan dengan budaya patriarki yang masih cukup melekat di Indonesia. Urusan anak-anak hanya perlu diketahui ibu, sementara mencari nafkah hanya perlu dilakukan ayah.
“Urusan anak dirasa bukan urusan ayah, tapi ibu. Soal ambil rapor, ‘itu (dianggap) urusan ibu-ibu, ayah enggak ikut’,” kata Gloria.
Baca juga: Generasi Muda Lebih Sadar Adanya Fenomena “Fatherless”, Benarkah?
Kendati demikian, beberapa tahun belakangan sudah mulai terjadi pergantian peran atau konsep co-parenting.
Ayah dan ibu sama-sama mengurus dan terlibat dalam kehidupan anak mereka, misalnya sesederhana menyiapkan mereka bekal.
“Sekarang cukup banyak juga ayah yang ikut mengambil rapor, ikut menonton kalau anaknya ada pertunjukan,” ucap Gloria.
2. Pemikiran yang belum matang
Penyebab lainnya dari fenomena ini adalah seorang ayah yang pemikirannya belum matang, atau belum sepenuhnya “menjadi” seorang ayah.
Lantaran belum selesai dengan dirinya sendiri, ayah tersebut belum memahami bahwa anak juga merupakan tanggung jawabnya.
“Kalau ayahnya belum ‘matang’, jadi seperti berlomba dengan ego. ‘Saya memang punya anak, tapi kan saya punya kebutuhan sendiri. Butuh me time, butuh melakukan sesuatu’,” ujar Gloria.
Baca juga: Ayah, Jangan Lupa Bantu Ibu Urus Anak
Sementara itu, ayah yang sudah memahami perannya akan membantu mengasuh dan merawat anak bersama istri di sela-sela kesibukannya karena meluangkan waktu.
Terkini Lainnya
- Catat, Daftar Perlengkapan Bayi yang Harus Dibeli Sebelum Lahir
- Mengapa Sejumlah Atlet Paralimpiade Pakai Penutup Mata? Ini Sebabnya
- Sepatu Kulit Terasa Keras dan Kaku, Apa Solusinya?
- Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia: Apa yang Bisa Dilakukan untuk Membantu?
- Musim Hujan Tiba, Catat 7 Bahan Pakaian yang Mudah Menyerap Air
- Tren Alis Tipis Kembali Lagi, Mau Ikutan?
- 4 Cara Mencegah Anak Jadi Pelaku Bullying, Beri Contoh Positif
- Enggak Pakai Ribet, Ini Simple Body Care Routine buat Kulit Sehat dan Glowing
- Konser Bruno Mars Jakarta Saat Musim Hujan, Jangan Lupa Siapkan 4 Hal Ini
- 7 Artis Indonesia yang Hobi Koleksi Jam Tangan Mewah
- 8 Tips Memilih Outfit di Musim Hujan
- 5 Toko Perlengkapan Bayi di Tangerang, Ini Daftarnya
- 5 Bahan Pakaian yang Harus Dihindari Saat Musim Hujan
- Rekomendasi 5 Toko Perlengkapan Bayi di Jakarta, Apa Saja?
- Ketika Busana Olahraga Tidak Sekadar Keren...