Populasi di Jepang Makin Menurun, Biaya Hidup Jadi Salah Satu Penyebab
- Populasi total Jepang menurun untuk tahun ke-15 berturut-turut pada 2023 dengan penurunan lebih dari setengah juta orang.
Hal ini diduga seiring dengan penuaan penduduk dan rendahnya angka kelahiran, seperti dilansir AP.
Jumlah kelahiran di Jepang mencapai rekor terendah sebesar 730.000 pada tahun lalu. Sementara itu, angka kematian sebesar 1,58 juta jiwa pada tahun lalu juga merupakan rekor tertinggi.
Baca juga:
- Generasi Muda Indonesia Makin Banyak Tunda Menikah
- Fenomena Childfree di Indonesia Meningkat dalam 4 Tahun Terakhir
Populasi Jepang pada tanggal 1 Januari adalah 124,9 juta jiwa.
Data yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri Jepang, Rabu (24/7/2024), juga menunjukkan bahwa peningkatan 11 persen penduduk asing cukup membantu populasi mereka hingga melampaui angka 3 juta untuk pertama kalinya.
Penduduk asing saat ini berjumlah hampir 3 persen dari total populasi di Jepang dan sebagian besar berusia produktif antara 15 hingga 64 tahun.
Sementara itu, dilansir dari Newsweek, Badan Anak dan Keluarga Jepang, yang menjadi tuan rumah pertemuan pada 19 Juli, mengutip survei tahun 2021 di mana 48,1 persen perempuan dan 43,3 persen laki-laki berusia antara 25 dan 34 tahun mengatakan belum menemukan pasangan yang cocok.
Tingkat kesuburan Jepang atau jumlah rata-rata bayi yang diharapkan dilahirkan seorang perempuan turun ke rekor terendah pada tahun lalu, yakni 1,2 anak per orang.
Sementara itu, orang berusia di atas 65 tahun sekarang mencapai lebih dari 30 persen dari populasi "sangat tua" negara tersebut.
Pergeseran demografi ini membuat para pembuat kebijakan khawatir tentang masa depan ekonomi terbesar kedua di Asia itu.
Perdana Menteri Fumio Kishida kemudian menjadikan peningkatan angka kelahiran sebagai prioritas nasional.
Tekanan biaya hidup
Survei menunjukkan bahwa semakin banyak anak muda Jepang yang enggan menikah atau memiliki anak karena tertekan oleh prospek pekerjaan yang suram, biaya hidup yang tinggi dan tidak disertai peningkatan gaji serta budaya perusahaan bias gender yang menambah beban pada perempuan dan ibu bekerja.
Pemerintah mengalokasikan 5,3 triliun yen (sekitar 34 miliar dollar AS) sebagai bagian dari anggaran 2024 untuk mendanai insentif pasangan muda untuk memiliki lebih banyak anak, seperti meningkatkan subsidi untuk pengasuhan anak dan pendidikan, yang diperkirakan akan menghabiskan 3,6 triliun yen (sekitar 23 miliar dollar AS) uang pajak setiap tahun selama tiga tahun ke depan.
Baca juga:
Para ahli mengatakan bahwa langkah-langkah tersebut sebagian besar ditujukan untuk pasangan menikah yang berencana memiliki atau sudah memiliki anak, tetapi tidak mengatasi meningkatnya jumlah anak muda yang enggan menikah.
Populasi Jepang diproyeksikan turun sekitar 30 persen menjadi 87 juta pada tahun 2070, ketika empat dari setiap 10 orang akan berusia 65 tahun atau lebih.
Terkini Lainnya
- Jangan Takut, Ini 3 Tips Komunikasi dengan Penderita Skizofrenia
- Anak Tunjukkan Gejala Awal Skizofrenia? Lakukan 4 Hal Ini
- Curhat Nurra Datau, Pernah Alami Kulit Terbakar akibat Sepelekan Sunscreen
- Mengasuh Anak Juga Proses Pengembangan Diri, Kenapa?
- Seberapa Sering Laki-laki Harus Cukur Rambut?
- Jangan Merasa Bersalah Ketika Harus Meninggalkan Anak Bekerja
- Cara Mengajarkan Anak untuk Menghormati Waktu "Me Time" Orangtua
- 6 Perbedaan Barbershop dan Pangkas Rambut Biasa, Sudah Tahu?
- Studi Temukan Gen Z Generasi Paling Kesepian, Ternyata Ini Sebabnya
- Para Ibu, Kenali 3 Tahap Stres pada Pengasuhan Berikut
- Kenali 2 Siklus Stres pada Ibu dan Dampaknya
- 4 Fakta Kebaya Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Tak Cuma Milik Indonesia
- Pentingnya Deteksi Dini Skizofrenia agar Penderitanya Bisa Hidup Mandiri
- Berburu Flash Sale Skincare bareng Jastiper dan "Beauty Enthusiast"...
- Brand Kecantikan Kylie Cosmetics Hadir di Indonesia, dari Lipstick sampai Parfum