luxdomini.net

Mengasuh Anak, Alasan Pekerja Perempuan Lebih Sedikit daripada Laki-laki

Ilustrasi ibu bekerja setelah cuti melahirkan
Lihat Foto

JAKARTA, - Persentase pekerja perempuan di Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki.

Hal ini terpampang dalam data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan situs resmi BPS, Jumat (26/7/2024), TPAK laki-laki pada tahun 2021 adalah 82,27 persen. Sementara perempuan adalah 53,34 persen.

Di tahun selanjutnya, persentase TPAK laki-laki meningkat menjadi 83,87 persen dan perempuan menjadi 53,41 persen.

Pada tahun 2023, TPAK laki-laki kian meningkat menjadi 84,26 persen dan perempuan menjadi 54,52 persen.

Baca juga: 5 Tips Orangtua Mengasuh Anak Tanpa Emosi 

Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Pribudiarta Nur Sitepu, mengungkapkan, ada dua penyebab persentase pekerja perempuan lebih rendah, terutama mereka yang sudah menjadi ibu.

"Kenapa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan sangat rendah? Separuhnya dari laki-laki? Pertama mungkin memang ini terkait dengan isu pengasuhan," kata dia di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (25/7/2024).

1. Mengasuh anak

Pribudiarta tidak menampik bahwa mengasuh anak bukan hanya tugas seorang ibu, tetapi juga seorang ayah.

Kendati demikian, setiap pasangan suami istri memiliki kesepakatan masing-masing berdasarkan situasi dan kondisi rumah tangga mereka.

"Memang ada perempuan yang memutuskan bahwa dia, pada usia tertentu, lebih baik mengurus anaknya," ujar Pribudiarta.

Karena ingin fokus mengurus anak, ada ayah dan ibu yang sepakat dan memutuskan bahwa ibu akan keluar dari pekerjaannya demi si kecil.

"Dia memutuskan bahwa dia meninggalkan pekerjaannya dulu sementara, makanya TPAK perempuan lebih rendah daripada laki-laki," lanjut Pribudiarta.

Baca juga: 4 Tips Mengasuh Anak agar Jadi Orang yang Sukses

2. Kerja di sektor informal

Penyebab lainnya adalah perempuan yang memutuskan untuk "bekerja" di bidang nonformal agar bisa tetap fokus mengurus anak di rumah.

"Kalau di akar rumput, kami melihat sebenarnya perempuan banyak sekali yang usaha di sektor-sektor informal," Pribudiarta berujar.

Misalnya, ada ibu yang gemar memasak. Namun, karena masakannya terlalu banyak, ia menjualnya di sekolah anaknya.

Begitu pula dengan ibu yang gemar bercocok tanam sehingga mampu memperoleh hasil bumi dari pekarangan rumahnya sendiri.

"Ibu-ibu di pedesaan biasanya menanam sayuran di depan rumah. Kalau lebih dari kebutuhan dapur, dijual ke luar," kata Pribudiarta.

Akan tetapi, jarang sekali para ibu menganggap kegiatan berjualan itu sebagai pekerja resmi.

"Karena kalau ditanya 'apakah ibu bekerja?', ibu bilangnya 'tidak, yang bekerja bapak'. Dia bilangnya dia tidak kerja," ungkap Pribudiarta.

Baca juga: Ingat, Mengasuh Anak Bukan Cuma Tugas Ibu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat