Hati-hati, Olahraga karena FOMO Tidak Baik untuk Kesehatan Mental

JAKARTA, - Fear of Missing Out (FOMO) adalah perasaan takut tertinggal alias tidak ingin tertinggal tren terbaru.
Kondisi ini menyebabkan seseorang melakukan tindakan kompulsif untuk menyusul ketertinggalannya.
Beberapa tahun belakangan, tepatnya sejak Covid-19 mereda, banyak orang mulai aktif berolahraga.
Ada yang berolahraga karena memang sebelumnya sudah aktif dan berolahraga karena sadar akan kesehatan.
Namun, ada pula yang berolahraga karena FOMO melihat mulai banyak orang yang berolahraga, terutama di media sosial.
Baca juga:
- Apa Itu FOMO, Penyebab dan Dampaknya pada Kesehatan
- Pamer Aktivitas Olahraga di Media Sosial, Normalkah?
Setidaknya, kamu akan melihat satu atau dua orang yang datang ke car free day (CFD) lengkap dengan pakaian olahraga, tetapi hanya untuk berfoto-foto dan duduk di tepi jalan.
Psikolog klinis sekaligus Pendiri Cup of Stories Fitri Jayanthi, M.Psi. mengatakan, fenomena olahraga karena FOMO dapat membuat orang-orang merasa tersingkirkan.
"Ketika suatu tren muncul, biasanya mudah sekali orang-orang akan merasa tersingkirkan karena tidak dapat mengikuti tren tersebut," ujar dia saat dihubungi , Senin (8/7/2024).
Tidak baik untuk kesehatan mental
Mengikuti sesuatu yang sedang tren tidaklah buruk, termasuk berolahraga. Namun, yang perlu diperhatikan adalah tidak semua tren harus diikuti.
Terutama, ketika tren tersebut tidak sesuai dengan kepribadian, nilai yang dipegang, atau kebutuhan pribadi.
"Ketika memaksakan diri mengikuti tren, bisa saja kita jadi kehilangan diri kita sendiri," jelas Fitri.
Ketika suatu tren muncul, lihatlah dulu apakah setelah melakukan tren itu akan ada energi dalam diri yang meningkat atau justru terkuras.
Menurut Fitri, manusia harus jujur dengan dirinya sendiri. Artinya, jangan semata-mata melakukan sesuatu demi terlihat up to date dan mendapatkan validasi orang lain.
Baca juga:
- Fenomena FOMO, Perasaan Takut Tertinggal
- Mengapa Orang Berlomba-lomba Terlihat Sehat di Mata Orang Lain?
Psikolog sekaligus Ketua Lembaga M.eureka Psychology Consultant Meity Arianty STP., M.Psi. menambahkan, sepatutnya seseorang tidak perlu melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan diri mereka.
"Sesuatu yang dilakukan, tapi bukan berdasarkan kebutuhan dan tidak sesuai dengan diri sendiri, biasanya tidak bertahan lama," ujar dia saat dihubungi , Senin.
Pada akhirnya, hanya ikut-ikutan bisa membuat kita tidak mendapatkan kepuasan atau kesenangan, selain rasa lelah dan kecewa.
Kecuali, jika kita seseorang mendapat dorongan atau motivasi sehingga olahraga yang dilakukan karena FOMO justru menjadi konsisten.
"Enggak sedikit yang pada akhirnya bisa berkomitmen dan mau konsisten melakukannya. Pada akhirnya, mereka jadi terbiasa olahraga dan mendapat manfaatnya," pungkas dia.
Baca juga: 5 Langkah Mudah Mengatasi FOMO agar Pikiran Lebih Tenang
Terkini Lainnya
- Gaya Cristiano Ronaldo Saat Naik Pesawat, Termasuk Saat ke Kupang?
- Mimpi Buang Air Besar, Tanda Keberuntungan atau Petaka?
- Apakah Tes MBTI Akurat? Ini Kata Ahli dan Deskripsinya
- Gaya Ikonik Mendiang Kim Sae-ron dan Won Bin dalam "The Man from Nowhere"
- Ronaldo ke Kupang Diajak Aktris Cote de Pablo, Siapa Dia?
- Zodiak Taurus Februari 2025: Karier Bersinar, Keuangan Harus Dikontrol
- 6 Cara Kabur dari Rutinitas Tanpa Harus Bepergian Jauh
- Bulking Saat Puasa, Aman atau Tidak?
- Survei: 62 Persen Orang Merasa Kesepian Meski di Tengah Keramaian
- Seperti Mahalini, Ini Alasan Banyak Orangtua Rahasiakan Wajah Bayinya
- Terapkan Sustainable Fashion, Kami Idea Manfaatkan Sisa Bahan Fesyen
- Remaja Rentan Merasa Kesepian, Ini Alasannya
- Kim Sae Ron Meninggal Dunia, Kenang 9 Gaya Ikoniknya di Film dan Drama
- Kesepian Lebih Sering Dialami Masyarakat Perkotaan, Mitos atau Fakta?
- Gelar "Fan Meeting" di Jakarta, Hwang In Youp Ungkap "Outfit" Andalannya