luxdomini.net

Benarkah Video Game Bisa Membuat Anak Kecanduan?

Ilustrasi bermain game.
Lihat Foto

JAKARTA, Video game adalah salah satu kegiatan alternatif yang bisa dilakukan ketika anak-anak jenuh dengan rutinitas sehari-hari, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah.

Sebab, ada banyak genre dalam video game yang bisa disesuaikan dengan preferensi masing-masing.

Bahkan, saat ini ada video game jenis virtual reality (VR) yang akan membawamu seolah masuk ke dalam dunia game.

Baca juga:

Kendati demikian, sesuatu yang berlebihan tidaklah baik bagi manusia, termasuk bermain video game.

Bahkan, terlalu sering bermain game bisa berujung pada kecanduan. Tentunya, hal ini cukup merugikan jika yang terdampak adalah anak-anak.

Dilansir dari CBT Professionals, Minggu (7/7/2024), perilaku kecanduan game yang ditunjukkan oleh anak-anak pada 2013 membuat istilah Internet Gaming Disorder diusulkan untuk dimasukkan ke dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM).

Bahkan, Internet Gaming Disorder ditambahkan ke gangguan terkait zat dan kecanduan yang merupakan bagian dari DSM-5.

Adapun, CBT Professionals adalah situs yang menyediakan layanan psikologi klinis untuk orang dewasa, anak-anak, pasangan, keluarga, dan pihak ketiga di Australia.

Penyebab video game membuat kecanduan

Penelitian terbaru menunjukkan, Internet Gaming Disorder mungkin paling akurat diklasifikasikan sebagai gangguan kecanduan.

Sebab, kemiripan telah ditemukan antara Internet Gaming Disorder dengan kecanduan lainnya, dengan cara sistem “penghargaan” dopamin diaktifkan.

Dopamin adalah neurotransmitter yang membantu manusia merasakan kesenangan. Mereka dilepaskan di otak sepanjang kamu melakukan aktivitas yang menyenangkan.

Dengan kata lain, kamu lebih cenderung mengulangi perilaku tersebut berulang kali. Dengan cara ini, dopamin memperkuat aktivitas yang menyenangkan itu.

Baca juga:

Game dapat memberi anak-anak perasaan berprestasi.

Namun, mereka yang mengidap Internet Gaming Disorder atau kecanduan video game mungkin kurang sensitif terhadap imbalan, yakni perasaan berprestasi itu.

Sehingga, mereka butuh lebih banyak waktu untuk bermain game untuk merasa “dihargai” atau “berprestasi”. Inilah perilaku yang membentuk pola kecanduan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat