Bagaimana Cara Menghadapi Anak yang Tantrum?
- Beberapa anak punya kecenderungan untuk mengamuk bila keinginannya tidak dipenuhi. Mungkin mereka menangis keras-keras dan melempar barang-barang di mini market, atau mungkin membanting kursi dan berteriak karena mereka melihat anak lain mendapatkan hadiah di pesta ulang tahun dan bukan mereka.
Beberapa orangtua harus menghadapi tantrum pada balita lebih sering dibanding orangtua lain. Amarah anak seperti ini sering terjadi antara usia 1 dan 4 tahun, dan meskipun amukan ini menjadi pengalaman kurang menyenangkan bagi balita, tapi bisa lebih meresahkan bagi orang tua dan pengasuhnya.
Amukan dapat mencakup perilaku berikut:
- Memaki
- Berteriak.
- Menangis.
- Menggigit
- Memukul.
Meskipun fase ini tidak berlangsung selamanya, terkadang masa ini terasa seperti tidak akan pernah berakhir. Sementara itu, ada baiknya orangtua mempunyai beberapa strategi untuk menangani perilaku tantrum balita seperti itu.
Baca juga: Ciri-ciri Tantrum pada Anak yang Perlu Diketahui, Apa Saja?
Dokter Anak Svetlana Pomeranets, MD, berbagi cara mengatasi tantrum pada balita dan kapan saatnya mencari bantuan.
Strategi mengatasi tantrum balita
Masa balita adalah masa pertumbuhan yang pesat – secara fisik, mental dan sosial. Pada masa ini, sebagian besar balita mengembangkan rasa percaya diri dan mulai ingin melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri.
“Ketika keinginan balita untuk melakukan sesuatu tidak sejalan dengan kemampuannya, sering kali timbul rasa frustrasi,” kata Dr. Pomeranets. “Yang lebih parah lagi, balita biasanya tidak memiliki kemampuan bahasa untuk meminta bantuan jika keadaan tidak berjalan lancar.”
Kesenjangan antara keinginan dan kemampuan ini dapat menimbulkan rasa frustasi, perilaku nakal dan tantrum. Dr Pomeranets menawarkan tips cara menangani tantrum balita.
1. Alihkan fokus balita
Akan sangat membantu bila kita bisa mengalihkan perhatian anak dengan mengubah topik atau memusatkan perhatiannya pada hal lain. Namun jika Anda tidak dapat mengalihkan perhatiannya sebelum dia mengamuk, biarkan saja.
“Mencoba mengatasi pemicunya di tengah amukan hanya akan membuatnya bertahan lebih lama,” kata Dr. Pomeranets. “Menawarkan pilihan atau bertanya, 'Mengapa kamu bersikap seperti ini?' dapat membuat kemarahan semakin besar, seperti menyalakan api yang membara.”
Mencoba mendiskusikan perasaan anak di saat yang panas dapat memperkuat perilaku negatifnya. Ketika anak berperilaku buruk, Anda biasanya tergoda untuk menjelaskan mengapa perilaku tersebut tidak baik.
Daripada memberikan penjelasan panjang lebar – yang mungkin sulit dipahami oleh anak – cobalah untuk mengalihkan perhatian anak Anda baik secara verbal atau fisik untuk membantunya fokus pada hal lain.
2. Tetap tenang
Meski tidak mudah, namun berusahalah untuk bersabar saat balita tantrum.
“Menawarkan kehadiran fisik yang menenangkan, tanpa berbicara, dapat memberikan manfaat yang besar,” Dr. Pomeranets menyemangati. “Meletakkan tangan Anda dengan lembut di bahu atau punggung anak bisa sangat membantu.”
Tentu saja, Anda tidak bisa mengabaikan perilaku melempar, menendang, memukul, atau lainnya. Pastikan anak memahami bahwa Anda tidak akan mentolerir perilaku ini dan apa yang mereka lakukan menyakitkan. Tapi histeria orang dewasa hanya menambah masalah dan berteriak pada anak sama sia-sianya dengan berbicara.
Terkini Lainnya
- 5 Tanda Haid Tidak Normal, Wajib Waspada
- Jangan Takut, Ini 3 Tips Komunikasi dengan Penderita Skizofrenia
- Anak Tunjukkan Gejala Awal Skizofrenia? Lakukan 4 Hal Ini
- Curhat Nurra Datau, Pernah Alami Kulit Terbakar akibat Sepelekan Sunscreen
- Mengasuh Anak Juga Proses Pengembangan Diri, Kenapa?
- Seberapa Sering Laki-laki Harus Cukur Rambut?
- Jangan Merasa Bersalah Ketika Harus Meninggalkan Anak Bekerja
- Cara Mengajarkan Anak untuk Menghormati Waktu "Me Time" Orangtua
- 6 Perbedaan Barbershop dan Pangkas Rambut Biasa, Sudah Tahu?
- Studi Temukan Gen Z Generasi Paling Kesepian, Ternyata Ini Sebabnya
- Para Ibu, Kenali 3 Tahap Stres pada Pengasuhan Berikut
- Kenali 2 Siklus Stres pada Ibu dan Dampaknya
- 4 Fakta Kebaya Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Tak Cuma Milik Indonesia
- Pentingnya Deteksi Dini Skizofrenia agar Penderitanya Bisa Hidup Mandiri
- Berburu Flash Sale Skincare bareng Jastiper dan "Beauty Enthusiast"...