5 Cara Melindungi Anak dari Bahaya Sexting di Era Digital
- Di era digital saat ini, sudah menjadi hal yang umum bagi anak-anak untuk berinteraksi dengan smartphone, media sosial, dan platform online.
Namun, dengan tingkat akses informasi yang semakin luas, ada banyak risiko yang berkaitan dengan bahaya yang menghantui anak-anak, salah satunya adalah sexting.
Sexting merupakan tindakan mengirim video, gambar, atau pesan yang secara seksual melalui teks, pesan langsung, dan platform media sosial.
Hal ini telah menjadi hal yang lazim di kalangan remaja usia 11 hingga 17 tahun, meskipun anak-anak yang lebih muda dari itu juga dilaporkan berpartisipasi dalam sexting.
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, pada Rabu (15/5/2024), satu dari tujuh remaja mengatakan bahwa mereka telah mengirim sexting, sementara satu dari empat remaja mengatakan bahwa mereka telah menerimanya.
Meskipun hampir semua penelitian setuju bahwa sexting telah menjadi bagian dari perilaku seksual modern, namun tindakan ini juga memiliki sisi gelap, seperti sexting yang tidak konsensual, pertukaran video atau gambar yang tidak sah, hingga pemaksaan.
Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa 14,5 persen sexting diteruskan ke orang lain tanpa persetujuan pengirim asli.
Baca juga: Anak Ketahuan Sexting? Jangan Panik, Begini Cara Menanganinya
Ketika sexting dipaksakan, atau dibagikan tanpa persetujuan, hal ini dapat menyebabkan pelecehan oleh teman, cyberbullying, pemerasan, dan banyak masalah yang berkaitan dengan keselamatan, serta kesejahteraan kesehatan emosional, mental, dan fisik anak muda.
Untuk membantu melindungi anak-anak dari risiko-risiko ini, seorang psikolog anak, Kate Eshleman, PsyD, mengatakan bahwa penting bagi orangtua untuk membicarakan bahaya sexting sejak dini dan sesering mungkin.
Bagaimana sexting memengaruhi kesehatan mental remaja?
Ketika memposting foto secara online atau mengirimkannya kepada orang lain, kita pasti akan menghadapi risiko gambar dan pesan kita disalahgunakan, atau dibagikan tanpa persetujuan.
Dan, sekali lagi, perilaku tanpa persetujuan ini dapat menimbulkan konsekuensi hukum yang luas, serta dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental.
Semua ini juga dapat berdampak pada kesehatan fisik, serta keselamatan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.
"Kita sering melihat di media situasi di mana anak-anak muda melakukan bunuh diri karena mereka dilcehkan, diperas atau diintimidasi, atau mereka merasa tidak ada jalan keluar dari suatu situasi, dan semua hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang signifikan," kata Eshleman.
Cara melindungi anak dari bahaya sexting
Tidak ada cara yang pasti untuk memastikan anak-anak tidak melakukan sexting (atau berhubungan seks).
Namun, sebagai orangtua dan pengasuh, kita tentu bisa membuat pagar pembatas untuk membantu melindungi mereka dan mengedukasi mereka tentang risiko yang terkait dengan sexting.
Terkini Lainnya
- Mengintip Pameran Perhiasan Ikonik di Ulang Tahun ke-45 Mondial
- 8 Potret Gaya Ikonik Melania Trump, Gemar Eksperimen Gaya
- Cara Joe Taslim Jaga Kebersihan Sepatu, Harus Punya Tisu Basah
- Soal Beli Sepatu, Joe Taslim Akui Cukup Impulsif
- Louis Vuitton Bikin Kandang Anjing Mewah, Harganya Nyaris Rp 1 Miliar
- 10 Ide Kado untuk Ayah Lansia, Alat Lukis hingga Teh
- Apakah Air Kelapa Bisa Menghilangkan Lemak di Perut?
- Melania Trump Pakai Setelan Blazer Seharga Rp 100 Jutaan di Malam Pemilu AS
- Busui Harus Makan Lebih Sering, Ini Jadwal Makan yang Bisa Diterapkan
- Mengapa Donald Trump Sering Pakai Dasi Merah Panjang?
- Dari Kartu Ucapan hingga Tas Kerja, Ini Hadiah Hari Ayah untuk Ayah Umur 40-an
- 10 Ide Kado Hari Ayah untuk Ayah yang Telah Pensiun, Ada Smartwatch
- Jadi Sorotan Publik, Intip Gaya Melania Trump di Hari Pilpres AS
- 20 Kegiatan Merayakan Hari Ayah Nasional 12 November
- Orangtua, Begini Cara Bikin Anak Tidak Takut ke Dokter Gigi