Fast Fashion Sebabkan Tumpukan Limbah, Sudah Seberapa Parah?
JAKARTA, - Industri fesyen cepat atau fast fashion sudah berdampak sangat parah terhadap lingkungan.
Pasalnya, industri fast fashion ini berkontribusi terhadap 10 persen karbon emisi global, dan menimbulkan permasalahan limbah dan sampah yang jumlahnya hingga jutaan ton.
Hal ini disampaikan oleh Pendiri dan Direktur Kreatif brand fesyen Sejauh Mata Memandang, Chitra Subyakto, dalam sebuah sesi talkshow di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (20/4/2024).
Baca juga: Limbah Tekstil, Kisah Faktor Ikutan Revolusi Industri
Baca juga: Kurangi Limbah Tekstil, Bappenas Ajak Industri Terapkan Konsep Fashion Sirkular
“Setahuku itu, ada 92 juta ton (limbah tekstil) yang terbuang setiap tahunnya, dan dari angka tersebut, mungkin yang didaur ulang hanya sekitar satu atau dua persennya saja,” kata Chitra kepada awak media dalam sesi talkshow tersebut.
Chitra juga mengungkap, sampah-sampah yang ada di tempat pembuangan pakaian bekas terbesar di dunia, yang berlokasi di Atacama, Chile dapat terlihat dari satelit.
“Di Atacama, Chile itu bisa melihat sampah pakaian dari satelit. Saking banyaknya sampai kelihatan dari satelit. Gimana enggak? Itu seluruh brand-brand fesyen besar buang (limbah) nya ke sana semua,”
“Permasalahan ini sudah sangat urgent, sangat mendesak,” tambah Chitra.
Dapat berdampak pada kesehatan biota laut dan manusia
Tak hanya berdampak pada lingkungan, Chitra juga mengatakan, limbah tekstil yang terbuang ke laut juga akan berdampak pada kesehatan para biota laut.
Baca juga: 3 Dampak Buruk Fast Fashion terhadap Lingkungan
Pasalnya, bahan-bahan tekstil yang dibuang ke laut kebanyakan berbahan polyester atau mengandung plastik, sehingga dapat menyebabkan pencemaran mikroplastik.
“Kalau kebuang ke laut, itu jadi mikroplastik, itu nanti dimakan ikan, ikannya dimakan kita. (Mikroplastik) itu sifatnya karsinogenik, kalau kita konsumsi jadi bisa kena kanker, autoimun, dan lain-lain,” jelasnya.
Pemerintah harus pertegas regulasi yang berlaku
Chitra pun mengharapkan agar pemerintah Indonesia dapat memberlakukan regulasi yang lebih tegas, atau membuat regulasi baru untuk menertibkan terkait limbah plastik ini.
“Sampah-sampah ini kan biasanya ngumpulnya di TPS atau TPA, dan ya udah dibiarkan numpuk. Tapi ya harusnya sampah itu dikelola. Masa kita sebagai konsumen udah sibuk pilah-pilah, tapi tetap disatuin lagi,”
“Jangan jadi kita konsumen yang pusing, tapi pemerintah juga harusnya punya aturan terkait tentang pengelolaan sampah itu. Perusahaan juga kan enggak akan berubah, kalau emang enggak ada larangan,” pungkasnya.
Terkini Lainnya
- Belajar dari Tiongkok, Warisan Tradisi Jadi Bekal Atasi Stunting hingga Ciptakan Teknologi
- 6 cara Cepat Menghilangkan Lemak Perut
- 6 Tips Komunikasi Suami Istri agar Pernikahan Lebih Bahagia
- Pentingnya Social Awareness dalam Rumah Tangga, Kunci Pernikahan Bahagia
- 5 Kesalahan Makeup di Usia 50-an yang Harus Dihindari
- Level Stres Tinggi Bisa Jadi Penyebab Terjebak di Lingkungan Toksik, Kok Bisa?
- Kenali 4 Pemicu Kambuhnya Eksim pada Anak
- 3 Tanda Bayi Mengalami Masalah Kulit, Orangtua Wajib Tahu
- Mencari Jodoh, Setara Bukan Harus Sama Persis
- Tak Cuma karena Lucu, Koleksi Tumbler Juga Picu Gaya Hidup Sehat
- Banyak Minum Air Putih Bisa Menurunkan Berat Badan?
- Dokter Kulit: Bayi Rewel, Bisa Jadi Tanda Masalah Kulit
- Baru Menikah? Pastikan 3 Rencana Ini Ada di Daftar Prioritas
- Tak Cuma Fisik, Kualitas Juga Penting untuk Memikat Lawan Jenis
- Skincare Bayi Mahal Belum Tentu Berkualitas