Smart Parenting, Pola Asuh Modern untuk Milenial dan Gen-Z
- Kemajuan teknologi dan informasi saat ini ternyata tidak serta merta memudahkan pola asuh anak (parenting).
Ada banyak tantangan kompleks yang harus dihadapi oleh ibu-ibu modern, seperti meningkatnya stres dan kecemasan, akibat arus informasi yang tinggi.
Sebagian besar ibu modern sekarang juga didominasi oleh dua generasi, yakni milenial (usia 28-43 tahun) dan Gen-Z (usia 19-27 tahun).
Menurut hasil survei Deloitte Global Millennial tahun 2020, tingkat stres orangtua milenial mencapai 45 persen, sementara orangtua Gen Z mencapai 53 persen.
Fakta ini pun menyoroti urgensi pola pengasuhan anak, khususnya di era digital.
"Survei juga menyebutkan bahwa ibu-ibu milenial dan Gen-Z itu punya kecenderungan untuk jadi perfect mother karena kedekatannya dengan teknologi," kata praktisi psikologi anak usia dini, Aninda SPsi, MPsiT, dalam acara Baby Huki di Jakarta, Rabu (7/2/2024).
"Jadi meskipun mudah, kemajuan teknologi dan penggunaan media sosial tanpa disadari bisa membuat setiap orangtua membandingkan diri sendiri dengan apa yang mereka lihat," terangnya.
Menurut survei dari Ohio State University College of Nursing, dikatakan 66 persen orangtua pasti pernah mengalami burnout, yang merupakan kelelahan baik secara fisik maupun mental.
Tidak dipungkiri bila burnout ini disebabkan oleh perkembangan teknologi yang semakin tinggi sehingga kita memiliki ekspektasi berlebih pada diri sendiri.
Hal ini juga didukung dengan riset yang mengatakan, sebanyak 67 persen orangtua milenial dan 85 persen orangtua Gen-Z menggunakan media sosial lebih dari satu jam setiap harinya.
Baca juga: 10 Tips Parenting untuk Melatih Kedisiplinan Anak
Smart parenting untuk orangtua milenial dan Gen-Z
Mengadopsi konsep parenting yang ada di dunia modern saat ini juga penting dalam menjaga kesehatan mental orangtua. Misalnya dengan menerapkan pola asuh pintar atau smart parenting.
Aninda memaparkan, praktik smart parenting memiliki manfaat psikologis yang signifikan.
"Contohnya pada saat menyusui. Proses menyusui ada momen yang intens, yang melibatkan keterikatan emosional antara ibu dan anak," jelasnya.
Di momen tersebut, ia melanjutkan, ibu bisa sambil berdongeng, memperkenalkan benda di sekitarnya, mengenal tanaman atau hewan.
Terkini Lainnya
- 5 Tanda Haid Tidak Normal, Wajib Waspada
- Jangan Takut, Ini 3 Tips Komunikasi dengan Penderita Skizofrenia
- Anak Tunjukkan Gejala Awal Skizofrenia? Lakukan 4 Hal Ini
- Curhat Nurra Datau, Pernah Alami Kulit Terbakar akibat Sepelekan Sunscreen
- Mengasuh Anak Juga Proses Pengembangan Diri, Kenapa?
- Seberapa Sering Laki-laki Harus Cukur Rambut?
- Jangan Merasa Bersalah Ketika Harus Meninggalkan Anak Bekerja
- Cara Mengajarkan Anak untuk Menghormati Waktu "Me Time" Orangtua
- 6 Perbedaan Barbershop dan Pangkas Rambut Biasa, Sudah Tahu?
- Studi Temukan Gen Z Generasi Paling Kesepian, Ternyata Ini Sebabnya
- Para Ibu, Kenali 3 Tahap Stres pada Pengasuhan Berikut
- Kenali 2 Siklus Stres pada Ibu dan Dampaknya
- 4 Fakta Kebaya Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Tak Cuma Milik Indonesia
- Pentingnya Deteksi Dini Skizofrenia agar Penderitanya Bisa Hidup Mandiri
- Berburu Flash Sale Skincare bareng Jastiper dan "Beauty Enthusiast"...