Dibandingkan Pendahulunya, Gen Z Merasa Dunia Lebih Berbahaya
- Studi terbaru mengungkapkan, dibandingkan generasi lainnya di era modern, Gen Z menganggap dunia lebih berbahaya.
Hal ini disimpulkan berdasarkan 50 wawancara verbal yang yang meneliti faktor-faktor risiko yang menyebabkan krisis kesehatan mental pada generasi muda saat ini.
Hal yang berpengaruh misalnya isu penembakan massal, perang hingga media sosial.
Baca juga: 5 Cara Atasi Stres akibat Terpapar Berita Konflik di Media Sosial
“Meskipun penelitian analisis risiko menunjukkan bahwa kita hidup di salah satu masa paling aman, Gen Z mengalami perbedaan dalam penilaian risiko dibandingkan generasi yang lebih tua," terang Profesor Gabriel Rubin, dari Montclair Universitas Negeri di New Jersey.
"Karena pada dasarnya mereka memiliki persepsi bahwa risiko ada di mana pun mereka berada."
Dia menekankan, salah satu faktor terbesar yang menimbulkan perasaan bahaya dan malapetaka ini adalah banyaknya berita yang "melebih-lebihkan tingkat ancamannya.”
Penelitian menunjukkan, Gen Z dihadapkan pada dunia yang menganggap segala sesuatunya aman atau berbahaya, namun mereka gagal memahami bahwa banyak risiko dalam hidup dapat dipertimbangkan.
“Penelitian sejauh ini mengungkapkan bahwa kesenjangan dalam penilaian risiko telah menyebabkan banyak anak muda merasa cemas, depresi, dan bahkan ingin bunuh diri – terutama remaja putri,” jelas Rubin.
Baca juga: 5 Tips Mengelola Kecemasan untuk Gen Z
Ia menyarankan agar penyampaian pesan kepada Generasi Z perlu menekankan area abu-abu dalam hal risiko dan kehidupan.
“Mereka diajari sejak usia muda bahwa dunia akan berakhir – bahwa perubahan iklim akan menghancurkan planet ini dan tidak ada seorang pun yang akan melakukan apa pun [mengatasinya],” kata Rubin, memberi contoh.
Gen Z telah dihadapkan dengan pengalaman yang menimbulkan kecemasan atau depresi setiap hari hampir sepanjang hidup mereka sehingga memicu kekhawatiran tersendiri.
Baca juga: Riset, Gen Z Tak Suka Percintaan dan Adegan Seksual di Film
Terkini Lainnya
- Memulai Kembali Karier Setelah Jadi Ibu, Simak Tipsnya
- 2 Hal Penting Sebelum Tanam Benang di Klinik
- Selain Keluarga, Dukungan Komunitas Juga Penting bagi Para Ibu
- Pentingnya Kehadiran Pasangan untuk Menguatkan Peran Ibu dalam Keluarga
- Burgundy dan Coklat Tua, Prediksi Tren Warna Busana Lebaran 2025
- Prediksi Tren Fesyen jelang Lebaran 2025, Sarimbit Kian Populer
- Mocha Mousse Jadi Warna Pantone 2025
- Anak Pengidap Skizofrenia, Apakah Dapat Hidup Normal dalam Masyarakat?
- Orangtua Harus Tahu, Ini 4 Ciri-ciri Skizofrenia pada Anak
- 6 Dampak Buruk Media Sosial bagi Anak, Perubahan Perilaku hingga Pornografi
- Hati-hati, Media Sosial Bisa Merusak Percaya Diri Anak
- Setelah Berolahraga di Gym, Bagaimana Cara Recovery yang Benar?
- Alami Cedera Saat Syuting, Marcelino Lefrandt Pulihkan Diri dengan Olahraga
- Gemar Bertualang, Hamish Daud Punya Kriteria Jam Tangan Ideal
- Menang Model of the Year, Ini 5 Fakta tentang Alex Consani