3 Penyebab Anak dan Remaja di Indonesia Darurat Kesehatan Jiwa
- Kelompok usia anak dan remaja menjadi fokus yang harus diperhatikan dalam penanganan isu kesehatan jiwa.
Menurut data dari Kemenkes RI, satu dari sepuluh orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Selain itu, lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk mengalami depresi.
Studi yang dilakukan Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa menyimpulkan, tingkat urgensi isu kesehatan jiwa di Indonesia sangat tinggi.
Urgensi itu antara lain menyebut bahwa kesehatan jiwa berdampak multi sektor karena merupakan bagian dari kondisi kesehatan yang komprehensif.
Sehat tidaknya jiwa seseorang akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan menentukan kualitas hidup serta pencapaian generasi selanjutnya.
Baca juga: 6 Cara Berhenti Overthinking demi Kesehatan Mental
Para pakar dalam kaukus tersebut menyebut tiga faktor pendorong yang membuat urgensi penangangan dan pengendalian masalah kesehatan mental:
1. Stigma tentang masalah kesehatan jiwa
Stigma negatif tentang masalah kesehatan jiwa yang ada di masyarakat menjadi hambatan utama bagi seseorang untuk mencari dan menerima perawatan kesehatan mental yang tepat.
Dekan Fisip Universitas Indonesia, Dr. Semiarto Aji Purwanto, mencontohkan masalah kesehatan jiwa seperti bipolar atau PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) yang dialami remaja yang memiliki stigma negatif.
"Stigma itu menjadi penghambat, orang bipolar atau PTSD dikira gila. Hal-hal seperti ini yang membuat seseorang enggan mengemukakan kondisi hingga mencari perawatan yang tepat," katanya dalam acara deklarasi Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa di Jakarta, (14/11/2023).
Stigma negatif tentu saja dapat membentuk pemaknaan identitas yang negatif bagi individu yang mengalami masalah kesehatan jiwa.
Mereka mungkin merasa dicap sebagai "bermasalah" dan mengalami penurunan harga diri yang kemudian menghambat proses pemulihan.
Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Kualitas Tidur agar Kesehatan Mental Lebih Baik
2. Faktor lingkungan yang tidak ramah kesehatan jiwa
Lingkungan spesifik terutama pada tingkat keluarga, sekolah, dan tempat kerja yang sebagian besar tidak ramah kesehatan jiwa menjadi faktor pemicu selanjutnya.
Menurut penyintas dan motivator kesehatan mental, Marvin Sulistio, kelompok umur anak sekolah, remaja, dan usia produktif merasakan dampak paling berat dari perubahan cara hidup saat ini sehingga seringkali mengalami benturan dengan orang tua atau orang dewasa di sekitarnya.
Baca juga: 4 Kebiasaan yang Kerap Dianggap Normal dalam Hubungan Toksik
Marvin memang bukan psikolog, namun beberapa tahun ke belakang, ia aktif tergabung bersama sejumlah organisasi atau komunitas yang fokus pada masalah kesehatan mental.
Berdasarkan pengalamannya menjadi seorang "pendengar" bagi mereka yang membutuhkan, masalah kesehatan mental biasa datang dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
Terkini Lainnya
- Tips Cari Perabotan Bebas Zat BPA, Penting untuk Kesehatan Keluarga
- 15 Tanda Pacar Selingkuh Saat LDR, Sering Tak Disadari
- Awas Perabotan Mengandung Zat BPA, Ini Bahayanya bagi Perkembangan Anak
- 8 Sifat Virgo dalam Percintaan, Kritis tapi Penyayang
- 9 Cara agar LDR Tetap Langgeng, Cowok Wajib Tahu
- Ibu Hamil Jangan Sering Pakai Perabotan Plastik, Ini Alasannya
- Marsha Timothy: Tak Ada Kata Terlambat untuk Merawat Kulit
- 3 Tips Intermittent Fasting ala Adrian Maulana, Mulai Secara Bertahap
- "Separate Issue" dalam Film "Finding Nemo"
- Kasus Remaja Bunuh Ayah dan Nenek, Kenali Tanda Awal Skizofrenia pada Remaja
- Marsha Timothy Ungkap Rahasia di Balik Kulit Awet Mudanya
- 5 Model Kacamata yang Sedang Tren, Ada Model Cat Eye
- 3 Jenis Produk Menstruasi dan Cara Menggunakannya, Perempuan Harus Tahu
- 16 Makanan Tinggi Protein untuk Diet Selain Telur, Ada Tempe dan Udang
- Pemanfaatan AI di Industri Kecantikan Diprediksi Jadi Tren Tahun 2025