Cara Ciptakan Batasan Diri agar Hidup Lebih Bahagia
Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion
- Setiap pekerja tentu menginginkan hidup yang bahagia. Setelah lelah bekerja seharian penuh, emosi positif perlu dimiliki agar kehidupan profesional dan pribadi tetap terjaga keseimbangannya.
Sayangnya, tak semua pekerja bisa menerapkan hal ini. Meski ini angka pasien Covid-19 menurun, melansir Future Forum, terdapat 40 persen pekerja di seluruh dunia yang mengalami burnout. Mayoritas dari mereka adalah pekerja muda.
Itu sebabnya, penting untuk memberikan batasan bagi diri agar kehidupan pribadi dan profesional tetap seimbang. Informasi ini disebutkan dalam siniar Obsesif episode “Cara Ciptakan Batasan Agar Hidup Bahagia” dengan tautan akses dik.si/ObsesifBahagia.
Pentingnya Menetapkan Batasan untuk Diri
Batasan adalah aturan tak tertulis yang memisahkan diri sendiri dengan orang lain. Batasan ini dapat berupa pembatasan kontak fisik, perilaku, hingga emosi. Waktunya pun tak menentu karena setiap orang bisa memilikinya secara berbeda.
Misalnya, saat hari libur, kita bisa memberikan batasan untuk tidak menerima pekerjaan atau berkontak dengan orang lain. Ini dilakukan karena kita ingin memberikan diri sendiri waktu untuk beristirahat atau mengisi ulang energi dengan kegiatan personal.
Baca juga: Minimnya Tren Sustainable Living di Indonesia
Memberikan batasan terhadap diri sendiri merupakan bagian dari self-care. Menetapkan batasan merupakan salah satu bentuk merawat diri. Hal ini juga membantu kita membuat aturan tentang bagaimana kita ingin diperlakukan dengan memberi tahu orang lain apa yang boleh dan tidak mereka lakukan. Begitu pun sebaliknya.
Artinya, ini berguna untuk menghormati dan meningkatkan toleransi antara aturan masing-masing sehingga membantu serta mencegah kelelahan, stres, dan timbulnya rasa cemas yang berlebihan.
Mengutip Harvard Business Review, meski semua kendali berada pada diri sendiri, kita tetap tidak boleh memberikan batasan dan memaksakannya jika dapat merugikan orang lain. Misalnya, enggan menolong rekan kerja saat mereka menghadapi pekerjaan sulit meskipun tanggung jawab kita sudah selesai.
Kita bisa mengklasifikasikan batasan ke dalam dua jenis yang berbeda, yaitu batasan pasti yang tidak dapat dinegosiasikan (misalnya, hari libur tidak ingin diganggu) dan batasan yang fleksibel dan mampu berubah (misalnya, waktu pulang kerja disesuaikan dengan selesainya pekerjaan).
Cara Mengatur Batasan yang Tepat
Mengutip Psych Central, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatur batasan dengan tepat. Pertama adalah menentukan prioritas utama dalam kehidupan pribadi dan profesional. Mulailah mendata dari batasan-batasan yang sederhana dan kerap mengganggu kita.
Kedua, yaitu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Setelah memiliki batasan, hidup kita jadi tertata karena adanya waktu yang mengikat. Agar batasan tersebut tidak terlanggar, lakukan aktivitas atau pekerjaan pada waktu itu secara maksimal.
Misalnya, saat hari libur, salurkan energi hanya untuk kegiatan yang mampu menambah semangat secara maksimal. Jangan biarkan energi tersebut terbuang pada kegiatan yang tidak kita sukai.
Baca juga: Fenomena FOMO, Perasaan Takut Tertinggal
Ketiga adalah berkomunikasi terhadap batasan yang kita buat. Tidak semua orang paham atau sadar jika kita memiliki batasan. Jadi, apabila ada orang melanggar batasan kita, sebaiknya komunikasikan secara asertif dan jangan langsung menuduh mereka.
Keempat, yaitu komitmen. Dalam proses mengaktifkan batasan, komitmen adalah tahap yang paling sulit. Pasalnya, ada banyak gangguan yang mampu menghadang prosesnya. Untuk itu, sebagai bagian dari komitmen, kita bisa mengevaluasi batasan tersebut melalui beberapa pertanyaan
- Hal positif apa yang muncul dari batasan yang telah saya buat?
- Hal negatif apa yang terjadi dari batasan tersebut?
- Bagaimana perasaan saya saat menerapkan batasan ini?
- Apa yang harus saya ubah atau sesuaikan agar mampu konsisten menjalani batasan ini?
- Batasan apa yang sekiranya ingin saya tambah atau kurangi?
Dalam menerapkan batasan, semuanya bersifat fleksibel dan dapat berubah sewaktu-waktu. Ingatlah fokus utama menerapkan batasan adalah ingin memberikan kesejahteraan penuh terhadap diri sendiri.
Hal ini memungkinkan orang lain mampu memberi kita ruang untuk menciptakan kehidupan yang seimbang dan juga dapat meningkatkan profesionalitas.
Lantas, adakah cara lain yang bisa dilakukan agar kita bisa memberikan batasan untuk diri sendiri? Temukan jawaban lengkapnya dalam episode “Cara Ciptakan Batasan Agar Hidup Bahagia” dengan tautan akses dik.si/ObsesifBahagia.
Dengarkan pula episode lainnya yang tak kalah menarik dan menginspirasi dalam siniar Obsesif di Spotify dan juga TipTip melalui tautan berikut tiptip.co/p/ObsesifLEDTalk.
Terkini Lainnya
- 6 Tips Komunikasi Suami Istri agar Pernikahan Lebih Bahagia
- Pentingnya Social Awareness dalam Rumah Tangga, Kunci Pernikahan Bahagia
- 5 Kesalahan Makeup di Usia 50-an yang Harus Dihindari
- Level Stres Tinggi Bisa Jadi Penyebab Terjebak di Lingkungan Toksik, Kok Bisa?
- Kenali 4 Pemicu Kambuhnya Eksim pada Anak
- 3 Tanda Bayi Mengalami Masalah Kulit, Orangtua Wajib Tahu
- Mencari Jodoh, Setara Bukan Harus Sama Persis
- Tak Cuma karena Lucu, Koleksi Tumbler Juga Picu Gaya Hidup Sehat
- Banyak Minum Air Putih Bisa Menurunkan Berat Badan?
- Dokter Kulit: Bayi Rewel, Bisa Jadi Tanda Masalah Kulit
- Baru Menikah? Pastikan 3 Rencana Ini Ada di Daftar Prioritas
- Tak Cuma Fisik, Kualitas Juga Penting untuk Memikat Lawan Jenis
- Skincare Bayi Mahal Belum Tentu Berkualitas
- Syarat Ikut Blind Date Indonesia, Jangan Lupa Sertakan Info Gaji
- Berapa Harga Kebaya Encim Modern?