Pentingnya "Self Love" bagi Remaja
Oleh: Celine Heronymus dan Raja Oloan Tumanggor*
SELF love (mencintai diri sendiri) adalah perasaan di mana kita merasa percaya dan bangga atas kemampuan diri kita sendiri tanpa mementingkan pendapat orang lain dengan melibatkan aspek menyadari diri sendiri, menghargai diri sendiri, percaya diri, dan peduli pada diri sendiri.
Self love memiliki makna dengan mencintai diri sendiri bukan berarti memenuhi diri dengan segala keinginan, melainkan juga toleransi terhadap orang lain.
Self love mengharuskan seseorang untuk memperlakukan dan menerima diri sendiri dengan baik dan apa adanya.
Selain itu merupakan aspek penting dari kesehatan mental. Saat Self love diterapkan, seseorang akan merasa lebih mudah untuk berpikir positif termasuk saat marah, kecewa, atau sedih, karena hal tersebut adalah bentuk dari penerimaan diri.
Sampai saat ini, masih banyak orang yang sulit dalam mencintai atau menghargai diri sendiri setelah melihat pencapaian orang lain.
Mencintai diri sendiri pada usia dini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, terutama ketika dihadapkan oleh situasi yang membuat kita sulit mencintai diri kita.
Contohnya saat kita selalu menghadapi kegiatan yang selalu membuat diri kita selalu kelelahan/stres.
Kurangnya rasa cinta kita terhadap diri sendiri dapat membuat self love sulit dilakukan. Dengan berkembanganya self love dan menyenangkan diri sendiri, mindset dalam diri kita pun juga akan lebih positif sehingga lebih termotivasi dalam beraktivitas terutama di kalangan remaja.
Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimulai pada usia 12 - 18 tahun atau awal usia dua puluhan.
Masa tersebut membawa peluang untuk tumbuh dalam perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
Ketika memasuki masa remaja, munculnya kebutuhan pribadi dalam diri dengan tujuan agar remaja merasakan kebahagiaan, kesuksesan, penerimaan di masyarakat, dan kesiapan untuk memasuki tahap perkembangan selanjutnya.
Secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana remaja tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 1999).
Masa remaja terdapat tiga tahap perkembangan, yaitu:
Pertama, masa remaja awal (12-15 tahun). Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orangtua.
Terkini Lainnya
- Memulai Kembali Karier Setelah Jadi Ibu, Simak Tipsnya
- 2 Hal Penting Sebelum Tanam Benang di Klinik
- Selain Keluarga, Dukungan Komunitas Juga Penting bagi Para Ibu
- Pentingnya Kehadiran Pasangan untuk Menguatkan Peran Ibu dalam Keluarga
- Burgundy dan Coklat Tua, Prediksi Tren Warna Busana Lebaran 2025
- Prediksi Tren Fesyen jelang Lebaran 2025, Sarimbit Kian Populer
- Mocha Mousse Jadi Warna Pantone 2025
- Anak Pengidap Skizofrenia, Apakah Dapat Hidup Normal dalam Masyarakat?
- Orangtua Harus Tahu, Ini 4 Ciri-ciri Skizofrenia pada Anak
- 6 Dampak Buruk Media Sosial bagi Anak, Perubahan Perilaku hingga Pornografi
- Hati-hati, Media Sosial Bisa Merusak Percaya Diri Anak
- Setelah Berolahraga di Gym, Bagaimana Cara Recovery yang Benar?
- Alami Cedera Saat Syuting, Marcelino Lefrandt Pulihkan Diri dengan Olahraga
- Gemar Bertualang, Hamish Daud Punya Kriteria Jam Tangan Ideal
- Menang Model of the Year, Ini 5 Fakta tentang Alex Consani