luxdomini.net

10 Kalimat yang Seharusnya Tak Diucapkan Pasangan di Depan Anak-anak

Ilustrasi orangtua beradu argumen di depan anak
Lihat Foto

- Bagi pasangan yang telah menjadi orangtua, kekuatan kemitraan dan bagaimana kita memperlakukan satu sama lain (melalui saat-saat baik dan buruk) adalah bahan penting dalam membangun fondasi yang kuat untuk anak-anak.

Meskipun perselisihan sesekali antara pasangan tidak dapat dihindari dan sangat normal terjadi, namun kita tidak seharusnya saling melontarkan kata-kata yang kasar di depan anak-anak.

Sebab, hal ini tentunya dapat memiliki efek negatif yang berkepanjangan pada dinamika keluarga, serta perkembangan mental anak kita.

Di sisi lain, anak-anak juga perlu merasa aman dan stabil di dalam keluarga.

Jadi, memiliki orangtua yang saling merendahkan satu sama lain dapat menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan bahkan kerusakan emosional jangka panjang.

Baca juga: Stop Mengucapkan Umpatan di Depan Anak

Kalimat yang seharusnya tak diucapkan di depan anak

Maka, bagi pasangan yang ingin mempertahankan kesatuan rumah tangga dan membina lingkungan keluarga yang sehat dan suportif, simak 10 kalimat yang tidak boleh diucapkan satu sama lain di depan anak-anak.

1. "Mengapa kamu tidak bisa melakukan pekerjaan dengan lebih baik."

Entah itu keluhan tentang mengganti popok atau bermain terlalu kasar dengan anak-anak, mengkritik gaya pengasuhan atau kemampuan pasangan di depan anak-anak harus dihentikan atau dihindari.

Sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak dari segala usia, dari bayi hingga remaja, dapat menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan otak awal, masalah tidur, kecemasan, dan masalah serius lainnya sebagai akibat dari hidup dengan konflik antar orangtua yang parah atau kronis.

2. "Ingatkah kamu kapan terakhir kali kamu..."

Penting untuk menghindari mengungkit kesalahan atau perselisihan di masa lalu di depan anak-anak, yang dapat membuat mereka merasa tidak nyaman atau terjebak di tengah-tengah.

Fokuslah pada masa kini dan masa depan, serta mendorong anak-anak untuk melakukan hal yang sama.

3. "Kamu memang bodoh."

Menggunakan hinaan dan bahasa yang menyakitkan untuk menggambarkan atau menyapa pasangan tidak pernah dapat diterima, terutama di depan anak-anak.

Panggilan nama, bahkan pada saat marah, memberikan contoh yang buruk dan dapat menyebabkan anak-anak percaya bahwa tidak apa-apa untuk tidak menghormati orang lain juga.

Penelitian pun menunjukkan adanya korelasi antara pria yang menghina pasangan intimnya dengan tingkat kekerasan dalam rumah tangga yang lebih tinggi.

4. "Kamu membuatku gila/stres/susah!"

Berteriak atau meneriaki pasangan di depan anak-anak dapat menakutkan dan mengintimidasi, serta menciptakan lingkungan rumah yang penuh tekanan dan tidak menyenangkan.

Penelitian jangka panjang tentang dampak berteriak di rumah telah menunjukkan hubungan antara disiplin verbal yang keras dengan masalah perilaku anak dan gejala depresi.

Baca juga: 4 Hal Penting untuk Diingat Saat Bertengkar di Depan Anak

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat