Remaja yang Kecanduan TikTok Tunjukkan Tanda Kecemasan dan Depresi
- TikTok menjadi salah satu aplikasi paling populer yang sedang digandrungi oleh warga di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia.
Bahkan, di masa pandemi Covid-19, penggunaan aplikasi yang berisi video-video pendek ini mulai terasa masif -khususnya di kalangan remaja, karena keinginan mereka untuk mengikuti tren.
Sayangnya, aplikasi TikTok ini ternyata membuat banyak remaja kecanduan hingga memicu munculnya dampak yang kurang baik pada kesehatan mental.
Sebuah hasil penelitian terbaru menemukan, remaja yang kecanduan aplikasi TikTok menunjukkan tanda-tanda kesehatan mental yang buruk.
Mereka memperlihatkan kondisi kecemasan dan depresi, yang dapat memengaruhi kerja memori mereka.
Baca juga: 7 Artis TikTok dengan Bayaran Tertinggi pada 2022, Siapa Saja?
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal International Journal of Environmental Research and Public Health ini lantas mengupas lebih dalam tentang tinjauan ini.
Disebutkan, penggunaan aplikasi Tiktok yang mengalami kecandua secara konsisten menunjukkan kinerja lebih buruk ketika mendapat serangkaian pertanyaan dalam latihan mengingat urutan nomor.
Hal ini menunjukkan, memori kerja mereka terpengaruh dan bisa disebabkan oleh peningkatan gejala kecemasan dan depresi tadi.
Sementara itu, sebuah penelitian tentang isu yang sama di Chinn melibatkan lebih dari 3.000 siswa sekolah menengah yang sebagian besar adalah pengguna reguler TikTok.
Hasil studi yang dilaporkan pun melihat dampak aplikasi tersebut pada kehidupan sehari-hari para remaja.
Juga diamati tentang bagaimana mereka mengalami gejala penarikan, seperti cemas dan depresi jika mereka tidak menggunakan aplikasi tersebut untuk sementara waktu.
Baca juga: Mengapa Banyak Orang Kecanduan Aplikasi TikTok?
Kendati demikian, studi lanjutan juga sedang dilakukan guna mengeksplorasi kecanduan smartphone dan media sosial.
Topik tersebut jelas menjadi suatu hal yang lebih umum di kalangan remaja, dan informasi tersebut menjadi penting untuk diketahui oleh para orangtua.
Terkini Lainnya
- Trauma Dapat Sebabkan Penderitanya Berhalusinasi, Kok Bisa?
- Skincare Tak Kenal Gender, Iqbaal Ramadhan Dorong Pria Merawat Kesehatan Kulit
- Malas Merawat Diri dan Sulit Tidur Bisa Jadi Tanda Gangguan Kesehatan Mental
- Penderita Skizofrenia Berlaku Agresif, Niat Jahat atau Ketidaksadaran?
- Iqbaal Ramadhan Pakai Sunscreen sejak Remaja, Investasi Kesehatan Kulit Jangka Panjang
- Intip Busana Pernikahan Rio Haryanto dan Athina Papadimitriou yang Sarat Adat Betawi
- Demi Kulit Sehat, Nurra Datau Rutin Pakai Skincare dan Rajin Olahraga
- Memulai Kembali Karier Setelah Jadi Ibu, Simak Tipsnya
- 2 Hal Penting Sebelum Tanam Benang di Klinik
- Selain Keluarga, Dukungan Komunitas Juga Penting bagi Para Ibu
- Pentingnya Kehadiran Pasangan untuk Menguatkan Peran Ibu dalam Keluarga
- Burgundy dan Coklat Tua, Prediksi Tren Warna Busana Lebaran 2025
- Prediksi Tren Fesyen jelang Lebaran 2025, Sarimbit Kian Populer
- Mocha Mousse Jadi Warna Pantone 2025
- Anak Pengidap Skizofrenia, Apakah Dapat Hidup Normal dalam Masyarakat?