Beda, Baby Blues dengan Depresi Pasca-Melahirkan
- Sindrom baby blues atau masalah gangguan emosional pada ibu yang baru melahirkan bisa menjadi lebih parah ketika menjelma menjadi postpastum depression.
Memang, baby blues dan depresi pasca melahirkan terkadang memang sulit dibedakan, namun ternyata keduanya tak sama.
Praktisi psikologi dan juga terapis Nuzulia Rahma Tristinarum menuturkan, baby blues akan membuat ibu sering merasa sedih, menangis, sering cemas, dan lebih sensitif.
Baca juga: Mengenal Baby Blues, Sindrom yang Diduga Picu Ibu Bunuh Bayi Sendiri
Namun, kondisi tersebut biasanya hanya terjadi sesaat, kira-kira sekitar 3-6 hari. Paling lama, baby blues bisa berlangsung selama dua minggu.
“Ini adalah bentuk depresi pasca-kelahiran yang paling ringan,” kata Lia -demikian dia biasa disapa.
Jika tanda-tanda baby blues masih terjadi pada ibu selama lebih dari dua minggu, atau bahkan satu bulan, maka perlu diwaspadai kemungkinan kondisi itu menjadi depresi pasca-melahirkan.
Baca juga: Tips Irgi Fahrezi, Antisipasi Momen Baby Blues Sang Istri
"Kalau sudah lebih dari dua minggu bukan lagi baby blues. Atau paling tidak kalau sudah lewat sebulan bisa disebut postpartum depression. Bisa terjadi bertahun-tahun," kata Lia lagi.
Depresi pada ibu pasca-melahiran bisa dari yang ringan hingga berat. Adapun penyebab depresi pasca-kelahiran bisa terjadi akibat kombinasi masalah fisik, psikologis, dan psikososial.
Gejala postpastum depression
Gejala yang muncul melebihi kondisi baby blues, yaitu seorang ibu akan mulai mudah tersinggung, kehilangan nafsu makan, dan sering menangis.
Dia juga kerap kehilangan minat terhadap diri sendiri dan bayi, bicara sendiri, bahkan sampai muncul pikiran untuk melukai bayi dan diri sendiri.
"Jadi kalau ibu sampai membunuh bayinya itu bukan lagi disebut baby blues," jelas Lia.
Baca juga: Sindrom Baby Blues Juga Bisa Menyerang Ayah
Namun, menurut Lia, ibu yang melukai bayi atau dirinya sendiri juga tak selalu karena depresi. Bisa jadi karena faktor psikosis atau gangguan jiwa.
Dalam hal ini, ibu semacam ini tentu membutuhkan pertolongan psikiater.
Selain itu, orang-orang di sekitar ibu, mulai dari suami, keluarga, teman, hingga tetangga sebaiknya mengerti kemungkinan ibu mengalami baby blues, maupun depresi pasca-melahiran.
Terkini Lainnya
- Kapan Bayi Harus Berhenti Pakai Botol Susu?
- Jangan Asal Pilih Dot untuk Bayi, Perhatikan 3 Hal Ini
- Tak Semua Bayi Perlu Peralihan dari Menyusu Langsung ke Botol Susu, Ini Alasannya
- Cara Membuat Feather Brow di Alis Tipis dengan Eyeliner
- 5 Tips Berdamai dengan Kulit Eksim
- Pengalaman Warganet Antre Beli Labubu, Ada yang hingga 17 Jam
- Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan Untuk Mengobati Eksim?
- Cara Menghilangkan Double Chin secara Alami
- 3 Faktor Penyebab Eksim, Salah Satunya Perubahan Cuaca
- Mengapa Labubu Viral dan Banyak Dicari?
- Main Game Online dan Media Sosial Bikin Anak Suka Bicara Kasar
- Bersinar, Intip Tampilan Jennifer Aniston di Emmy Awards 2024
- Ketahui, Alasan Kulit Pengidap Eksim Lebih Kering
- Tampilan Elegan Anna Sawai, Aktris Pertama Asia yang Raih Emmy Awards
- Potret Para Selebritas di Karpet Merah Emmy Awards 2024