5 Cara Berhenti Berteriak pada Anak
- Memukul anak memang bukan cara mendisiplinkan yang tepat karena berdampak negatif pada mental anak. Kebanyakan orangtua pun sudah meninggalkan cara ini.
Namun, bagaimana dengan berteriap pada anak saat mereka tidak mendengarkan perintah?
Sama halnya dengan memukul, berteriak pada anak ternyata sama buruknya. American Academy of Paediatrics mengatakan, berteriak dapat meningkatkan hormon stres anak-anak dan menyebabkan perubahan di otak kecil mereka. Lagi pula, berteriak tak selalu berhasil untuk membuat anak lebih disiplin.
Lalu bagaimana cara kita selaku orangtua untuk menahan diri agar tidak berteriak, terutama jika sudah jadi kebiasaan? Dan apa yang dapat dilakukan agar anak benar-benar mendengarkan apa yang kita ucapkan?
Berikut 5 tips menurut para ahli.
1. Ketahui perbedaan berteriak untuk melindungi dan kemarahan
"Kemarahan itu sendiri adalah emosi yang dirancang untuk mengubah perilaku," kata Dr. Joseph Shrand, seorang psikiater dari Riverside Community Care di Massachusetts, AS.
Terkadang kita berteriak untuk melindungi anak-anak, itu adalah jenis teriakan yang berbeda. Itu alarm. Anda meninggikan suara untuk memberi tahu anak Anda bahwa ada bahaya.”
“Contoh, jika Anda meneriaki anak karena dia akan menyeberang jalan tanpa melihat atau dia akan menyentuh sesuatu yang panas. Tugas orangtua adalah menjaga keamanan anak. Terkadang berteriak membantu Anda melakukan itu,” lanjutnya.
Baca juga: 6 Hal yang Perlu Dilakukan Orangtua untuk Antisipasi Bahaya di Sekolah
2. Ketika merasakan dorongan berteriak marah, ketuk dahi Anda
Itu terdengar seperti alternatif yang aneh tetapi patut dicoba. "Kemarahan berasal dari sistem limbik, yang merupakan bagian kuno, bagian emosional dari otak," kata Shrand.
Bagian otak yang lebih berpikir dan rasional adalah korteks prefrontal yang membantu pengambilan keputusan dan bagaimana kita berperilaku secara sosial.
“Kebetulan bagian tersebut terletak tepat di belakang dahi Anda,” ucap Shrand.
Untuk menghilangkan keinginan berteriak marah, dia menyarankan untuk meletakkan tangan di dahi - cukup satu atau dua detik - dan menarik napas dalam-dalam ketika merasakan dorongan untuk berteriak.
“Tanyakan pada dirimu sendiri,‘Apa yang sebenarnya ingin aku lakukan dan lihat selanjutnya? Kenapa saya marah?’,”' Katanya.
Baca juga: 10 Teknik Parenting Positif untuk Mendisiplinkan Anak
3. Berkeok seperti ayam
Carla Naumburg, penulis "How To Stop Losing Your Shit With Your Kids" memilih alternatif ini sebagai pengganti berteriak: berhenti dan lakukan apa pun yang lain. Misalnya ambil napas, tetap diam, melompat-lompat, atau letakkan tangan Anda rata di atas meja untuk mencoba dan merasa membumi.
"Saya pernah berkeok-keok seperti ayam,” kata Naumburg kepada HuffPost, "karena membantu mengeluarkan energi dan karena sangat konyol sehingga membuat kita semua tersentak."
Terkini Lainnya
- Kisah Jenama Fashion Indonesia Masuk Pasar Internasional di Paris
- Dampak Buruk Nikah Muda, Termasuk Bisa Berakibat Gangguan Mental
- Prilly Luncurkan Koleksi Perhiasan, Simak 3 Tips Padu Padan Berikut
- Hue Luncurkan Lensa Kontak Sekali Pakai
- Laura Basuki Sebut Konsistensi Jadi Kunci Industri Fesyen Indonesia Bersaing secara Global
- Mengenal Tata Juliastrid, Pemenang Miss Cosmo 2024
- 6 Fakta Pemenang Miss Cosmo 2024 dari Indonesia
- Kesehatan Mental Pekerja Gen Z
- Hati-hati, Menikah Ketika Belum Siap Bisa Berakibat Perselingkuhan
- Cerita Marsha Aruan, Pertama Kali Temukan Kerutan di Wajah
- 3 Rekomendasi Aktivitas bagi Pejuang LDR agar Hubungan Awet
- Ibu yang Menikah di Usia Muda Rentan Alami Depresi, Kenapa?
- Laura Basuki Beberkan Model Tas Favorit
- Dukung Kebiasaan Sarapan Bergizi Lengkap Anak Indonesia, Energen Luncurkan Enerland di FX Sudirman
- Alyssa Daguisé Bagikan Rahasia Memadupadankan Tas dengan Outfit Kasual