luxdomini.net

Intermittent Fasting Turunkan Risiko Penyakit Jantung dan Diabetes?

Ilustrasi intermittent fasting
Lihat Foto

- Rasanya kita sudah paham di luar kepala bahwa kombinasi olahraga dan pola makan seimbang adalah cara paling tepat untuk menghindari pemicu-pemicu penyakit metabolik.

Namun, sebuah studi terbaru menemukan bahwa cukup dengan mengatur waktu makan saja ternyata juga bisa mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan diabetes.

Riset dilakukan oleh para peneliti dari Salk Institute dan University of California San Diego School of Medicine. Waktu makan yang dimaksud adalah intermittent fasting atau diet puasa dengan membatasi jendela makan menjadi 10 jam.

Pola ini diklaim dapat membantu menurunkan berat badan, mengurangi jumlah lemak perut, menurunkan tekanan darah, serta kolesterol.

Studi juga menemukan adanya level insulin darah yang lebih stabil pada partisipan. Temuan ini sangat bermanfaat bagi mereka yang memiliki diabetes.

Studi hanya menggunakan sampel kecil, yakni 19 partisipan, namun mereka memiliki sindrom metabolik dan mengklaim terbiasa makan dalam jendela makan lebih dari 14 jam setiap harinya.

Kelompok tersebut diminta untuk mencatat apa yang mereka makan dan kapan mereka makan melalui sebuah aplikasi selama dua minggu pertama. Kemudian mereka harus membatasi jendela makan mereka menjadi 10 jam selama tiga bulan.

Untuk beradaptasi dengan perubahan kebiasaan makan mereka, kebanyakan partisipan memilih untuk menunda makan pertama mereka atau berhenti mengonsumsi makanan terakhir mereka lebih awal dalam sehari.

Secara keseluruhan, partisipan mengatakan mereka memiliki tidur yang lebih berkualitas, mampu menurunkan berat badan, mengalami penurunan indeks massa tubuh, serta memiliki lingkar pinggang yang lebih kecil.

Tekanan darah semua partisipan juga lebih rendah. Ini mengindikasikan bahwa intermittent fasting bisa memberi dampak besar terhadap kesehatan.

Baca juga: Mengenal Intermittent Fasting, Pola Diet untuk Turunkan Berat Badan

Praktik intermittent fasting memang tidak baru, namun studi yang dipublikasikan 5 Desember 2019 tersebut semakin memperkuat bukti bahwa pola makan tersebut memberikan sejumlah dampak positif.

Sains mengatakan bahwa dengan mengonsumsi sejumlah kalori yang dibutuhkan selama jendela makan 10 jam tersebut, kita juga mendukung ritme sirkadian. Ritme sirkadian sendiri merupakan proses biologis dalam siklus 24 jam yang memengaruhi hampir setiap sel di tubuh kita.

"Makan dan minum apapun (kecuali air) dalam jendela 10 jam secara konsisten membuat tubuh mampu beristirahat dan memperbaiki diri dalam 14 jam sisanya."

"Tubuh juga bisa mengantisipasi ketika kita makan demi proses metabolisme yang lebih optimal."

Baca juga: Studi Temukan Diet 10:4 Efektif Turunkan Berat Badan

Sebaliknya, pola makan acak dengan jenis makan beragam setiap harinya biaa merusak proses alami tubuh dan berpotensi meningkatkan risiko sindrom metabolik.

Koresponden penulis sekaligus profesor di Regulatory Biology Laboratory Salk Institute, Satchidananda Panda menambahkan, beradaptasi dengan pembatasan makan 10 jam ini adalah metode yang mudah dan efektif untuk mengurangi gejala-gejala sindrom metabolik dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

"Dengan menunda timbulnya diabetes bahkan hanya satu tahun oleh satu juta orang dengan prediabetes, intervensi dapat menghemat milyaran rupiah dalam biaya perawatan kesehatan," katanya.

Nah, ternyata langkah kecil bisa memberikan manfaat yang begitu besar. Tentunya, ini perlu kita mulai dari hari ini. Apakah kamu mau mencoba?

Baca juga: Perhatikan, 6 Efek Samping Diet Puasa dan Solusinya

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat